Ia melatih berbagai kelompok aktivis dari berbagai organisasi non-pemerintah. Aktif melakukan kaderisasi dan membentuk tokoh-tokoh muda penerus bangsa. Ia juga merupakan seorang pendidik yang blak-blakan dan seorang pemikir yang kritis. Cara berpikirnya sedikit banyak dipengaruhi oleh Ivan Illich dan Paolo Freire. "Tar, kamu kalau ngomong jangan kayak orang berkumur", catatannya pada saya saat coach trainer di LP3ES.
H. Marthias Dusky Pandu (MDP), guru dan motivator yang demikian membekas bagi saya. Saya ingat ketika mampir di rumah Mak Pandu betapa semangat hidup dan berkarya "Buku dan Tulisan" tanpa henti . "Bisuak angok den ka di cabuik dek Malaikat, kini masih manulih (Besok nyawa saya akan dicabut Malaikat, hari ini saya masih menulis", Tar, "Itu Penghulu rang Tanjuang", jan dibiiarkan talatak, Kamu tepat untuk menjabatnya", ini yang belum bisa saya terima.
Para guru di jenjang pendidikan formal, Sejak pendidikan dasar hingga ke perguruan tinggi, telah memberikan andil yaang besar dalam membentuk kepribadian, ilmu dan kemampuan. Demikian juga masyarakat dan lingkungnan semakin memperkaya dan memberikan kematangan pada diri ku.
Lebih utana lagi guru ku sejak belum dilahirkan Bapak H Bahar Chatib Said Ali dan Hj Dariana, jauh lebah luar biasa peran nya. Termasuk para keluarga. Semua itu Kembali dengan segar terlihat seperti menonton sebuah flim kehidupan. Untuk orang tua dan guru ku, semoga ilmu dan berbagai pengalaman dengan jerih payahnya, belum dapat saku berikan imbalan.
Hanya doa yang dapat ku persembahkan pada mereka itu. Aku memang tidak menjadi guru di sekolah formal, seperti keinginan orang tua. Namun selama puluhan tahun menjadi "guru" di masyarakat menjadi penggiat pemberdayaan masyarakat, fasilitator pelatihan, pendamping lapangan dan fasilitator penggalangan kegiatan sosial keagamaan.