Usia menjelang 72 tahun, ingat kembali pada guru-guru. Sejak pendidikan dasar, menengah pertama, menengah atas, kuliah di perguruan tinggi serta selama berkecimpung di Lembaga Swadaya Masyarakat. Menuntut ilmu di luar negeri mengabdi dan belajar dari masyarakat. Terutama tentunya pendidikan yang didapat dari orang tua dan lingkungan, "alam takabanag jadi guru".
Belajar pendidikan dasar (SD) di Sekolah Dasar Bansa, disamping nya ada Mesjid Bansa yang sekarang bernama Mesjid Jihad. Belajar selama enam tahun, sekitar setengah kilometer dari rumah, Simpang Katapiang.
Lupa nama para guru, tetapi ingat sekali wajahnya dan cara memberikan pelajaran, memberikan pembelajaran dasar membaca, menulis dan berhitung dan agama. Kepala sekolah Pak Etek Dimyati Datuk Suri, juga seorang ulama. Beliau demikian berkarismatik, kelihatan dari jauh, kami umumnya, langkung "ngeper". Beberapa teman sebangku di SD telah meninggakl, seperti Adi, Adang dan banyak yang lain. Akrab berteman dan selalu berbagi. Lulus SD dengan predikat yang membanggakan, ketika itu Ujian SD di Matur, sekitar 3 kam dari rumah. Belum ada kendaraan umum, sepeda pun belum punya.
Pendidikan tingkat menengah pertama dan lanjutan di Padang. Belajar di PGAI Padang, selama empat tahun dan dua tahun berikutnya pindah PGAN Padang yang berada di Jati, dekat Rumah Sakit Muhammad Jamil, Padang. Sekolah di Padang penuh cobaan, dan sempat berdagang rokok dan surat kabar, sebelum belajar siangnya.
Sebuah petikan pembelajaran yang luar biasa, sekaligus membanggakan. Karena sesampai di ruang kelas di PGAI, kebanggan semakin muncul. Pak Guru Syaharuddin Sutan Indra, memberikan apresiasinya. "Lihat itu si Utai (panggilan kesayangan saya), tadi pagi masih di Pasar Jawa "menjojokan koran dan rokok", sekarang sudah dikelas dengan tugas pelajaran yang bagus. Walau tukang rokok dan koran, pelajaran selalu "nomor satu". Beliau ini tidak hanya guru, kepala sekolah tetapi juga pelatih "pimpong".
Usai PGAN mendaftar di IAIN Imam Bonjol Padang jurusan Pendidikan Agama, Bapak ku almarhum Bahar Chatib Said Ali berkeinginan agar anaknya menjadi guru dan panutan. Tinggal berpindah pindah kontrakan rumah /kamar, dari Ujung Gurun yang bau karet, Kampung Tarandam, yang selalu kebanjiran saat hujan, Ranah dan akhirnya kembali ke Ujung Gurun, membeli rumah sederhana. Bapak seorang operator Telepon dan kam I selama tinggal di Padang mempunyai usaha rumah tangga, membuat kerupuk udang, sagun-sagun dan saat menjalanhg lebaran Idul Fitri membuat kue.
Kuliah di IAIN dengan prestasi akademiik rata-rata, namun menonjol dalam kegiatan organisasi ekstra yakni di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Aktif di IMM memperoleh pelatihan kader pemuda dan mahasiswa, melalui darul Arqam Dasar dan Lanjutan. Ingat betul pak Ramli Ad, salah satu instruktur tentang kepemimpinan dan Kemughamadiyanan. Melalui ajang pelatihan inilah yang menempa kemampuan berkomunikasi dengan baik, memimpin dan kuat dalam iman dan amal shaleh.
Buah pelatihan dan pertisipasi dalam berbagai kegiatan Muhammadiyah dan Angkatan Muda Muhammadiyah di Padang dan Sumatera Barat, menjadi modal kuat saat mengikuti seleksi peserta Pelatihan peneliti Muda Lembaga Penbelitian, Pendidikan dan Penerangan Sosial (LP3ES). Seleksi calon peserta "Peneliti Muda berhasil", dengan perjuangan menyisihkan lebih 200 peserta dari berbagai perguruan ternama di Jakarta, Bandung dan Jogyakarta.
Prof.DR. M. Dawam Raharjo, meninggal 31 Mei 2018 dan dimakamkan di TMP Kalibata. Beliau kami panggil Mas Dawam. Banyak ilmu dan pengalaman yg telah dibagi kepada kami semasa di LP3ES. Berapa bulan sebelum meninggal, saya bezuk melihat mas Dawam di RS Carolus. Mas Dawam sedang tidur, diangunkan oleh istri beliau, "Mas ada Muchtar Bahar, datang".
"Ya", jawab Mas Dawam, dan kembali tidur. Saya ingat pada alm Mas Dawam Raharjo, "Tar, kalau nulis you, kayak Jaya Nasti. Benar, jelas dan logik. Kamu kan tetangga dan sama-sama orang Padang". Ia selalu mengingat kan kami staf LP3ES yang masih muda-muda, buat catatan harian kegiatan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil yang dilaksanakan. Nanti dengan catatan-catatan itu kalian bisa nulis dan jadi, "Profesor".
Idola di LP3ES lain adalah H Utomo Dananjaya yang akrab disebut Mas Tom, dipanggil keharibaan Illai Rabby, Selasa 22 Juli 2014, bulan Ramadhan, di Bandung. Mas Tom dikenal dengan sebutan "Master of Training" di LP3ES.