Mohon tunggu...
M Saekan Muchith
M Saekan Muchith Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen UIN Walisongo Semarang dan Peneliti Pada Yayasan Tasamuh Indonesia Mengabdi

Pemerhati Masalah Pendidikan, Sosial Agama dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tidak Semua Ulama Patut Dicontoh

15 Oktober 2018   15:33 Diperbarui: 15 Oktober 2018   16:10 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Konsep ulama itu mulia, agung, suci, ihlas, berintegritas. Tapi kalau konsep ulama sudah melekat kepada seseorang dan seseorang itu memiliki tujuan tertentu yang sifatnya pribadi maka akhirnya ada beberapa oknum ulama yang tidak sesuai harapan. Tidak mulia,  tidak agung, tidak suci, tidak ihlas dan juga tidak berintegritas. 

Dalam sejarah Islam ada beberapa  orang yang layak disebut sebagai Ulama, tetapi mereka melakukan hal hal yang tidak terpuji dan bertentangan dengan syariah Islam sehingga ulama tersebut tidak layak di ikuti ucapan, sikap dan perilakunya. 

Pertama, Abi Sarah. Nama Abi Sarah sangat terkenal di zaman rasulullah, karena Abi Sarah  diangkat sebagai sekretaris pengumpulan/ penulisan al quran. Orang yanag diangkat sebagai sekretaris penulisan atau pengumpulan ayat alqur'an pasti dianggap memiliki kemampuan yang tinggi dalam bidang agama (khususnya ilmu al qur'an). 

Kalau di zaman sekarang sudah sangat layak disebut sebagai ulama. Meskipun demikian, Abi Sarah bisa-bisanya melakukan pengkhianatan dan kemunafikan dan tidak jujur dalam menulis ayat-ayat al qur'an. Mengapa demikian? Karena Abi Sarah lebih memiliki kepentingan pribadi yang lebih besar dari pada kepentingan umat Islam. 

Akibatnya Ia  rela melakukan pengkhianatan dan tidak jujur dalam menulis ayat al qur'an. Abi Sarah pernah bercerita kepada kaum kafir, bahwa Ia telah menipu Rasulullah SAW, ayat al qur'an yang sebenarnya berbunyi 'azizun hakim, tetapi ditulis 'alimul hakim. Abi Sarah juga sering cerita kepada kaum kafir, kalau Nabi Muhammad SAW itu bodoh. 

Kedua, Abdullah bin Ubay bin Sahlul. Nama Abdullah bin Ubay bin Sahlul sebelum Rasulullah hijrah di kota Madinah memiliki nama yang sangat terkenal dan terhormat. 

Abdullah bin Ubay bin Sahlul memiliki  ambisi sangat tinggi untuk  mendapatkan kekuasaan di Madinah, Ia rela melakukan penghianatan dan memfitnah teman dan saudaranya sendiri. 

Pada saat bertemu Rasulullah SAW  dan Sahabatnya salalu berkata mendukung perjuangan Rasul dan para sahabatnya serta menceritakan keburukan orang kafir. Pada saat bertemu Sayyidina Abu Bakar, Ia berkata, "Wahai Abu Bakar, engkau sahabat Rasul yang paling ihlas dan calon penghuni surga bersama Rasulullah, karena engkau paling setia mendampingi Rasulullah dalam kondisi suka ataupun duka. Saya selalu taat dan patuh dengan apa yang engau perintahkan". 

Pada saat bertemu dengan Sayyidina Umar, Ia berkata, wahai Umar, engau sahabat yang sangat pemberani dan selalu digarda depan membela Rasulullah dan umat Islam, Maka saya akan selalu bersamamu sampai kapanpun". Ketika bertemu Sayyidina Utsman ibn Affan, Ia berkata, Wahai Utsman, engkau sahabat Rasul yang paling dermawan dan baik hati serta selalu berjuang untuk kepentingan Islam, saya berjanji akan selalu meniru apa yang engkau lakukan selama ini". 

Saat bertemu Sayyidina Ali ibn Abu THalib, Ia berkata, wahai Ali, engkau sahabat Rasul yang paling cerdas, dan selalu dekat dengan Rasul sejak kecil. Engkau dijamin masuk surga, maka saya akan selalu mengikuti apa yang engkau perintahkan". 

Pada saat begitu bertemu orang kafir, Abdullah bin Ubay bin Sahlul menceritakan kelemahan umat Islam bahkan memfitnah para sahabat dan kerabat Rasul. Mengapa demikian? karena Abdullah bin Ubay bin Sahlul berambisi besar untuk meraih jabatan atau kekuasaan. Akibat terlalu ambisi untuk memiliki kekuasaan, akhirnya mata hatinya buta sehingga tega amelakukan pengkhianatan dna kemuanfikan. Sehingga Abdullah bin Ubay bin Sahlul dijuluki tokoh pengkhianat dan tokoh munafik sampai akhir ajal tiba (meninggal). Subhanallah...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun