Mohon tunggu...
Muchammad Nasrul Hamzah
Muchammad Nasrul Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Asli

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Serious Men" dan "Pareeksha", Dua Potret Peran Ayah dalam Pendidikan Anaknya

5 Mei 2021   18:38 Diperbarui: 9 Mei 2021   01:11 1416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cuplikan Film Pareeksha (Sumber: Cinema Express) 

Pertama, yang ingin penulis sampaikan adalah, jika film merupakan sepenggal potret kehidupan yang dialami manusia. Apalagi jika film itu diangkat dari kisah nyata. Persis ketika film Nomadland dinobatkan menjadi film terbaik dalam ajang Oscar 2021. Meski fiksi, film ini adalah cerminan bagaimana kehidupan orang yang tidak memiliki rumah dan memutuskan tinggal di mobil van.

Gambaran yang jarang orang tahu tersbut lantas dikreasikan menjadi sebuah karya seni indah yang berhasil mengantarkan aktris utamanya dan film itu sendiri menyabet piala bergengsi dalam dunia perfilman dunia.

Pembuka di atas adalah sekelumit alasan logis kenapa penulis kerap menghubungkan film dengan berbagai fenomena dalam sebuah ulasan. Sebab, tidak semua film tujuannya adalah menghibur, tapi ada juga film yang memiliki tujuan selain menghibur penonton juga membuka cakrawala yang luas tentang kehidupan.

Film India misalnya, yang kerap penulis ulas di berbagai tulisan sebelumnya, banyak menampilkan kisah yang membuka ruang pergumulan diskusi pasca menontonnya. Beberapa film India justru membuka mata tentang dunia pendidikan yang kondisinya bisa kita sambungkan dengan Indonesia.

Dalam waktu kurang dari 3 bulan penulis setidaknya menonton dua film India yang cukup menarik untuk didiskusikan. Film  pertama, berjudul Serious Men yang dibintangi oleh Nawazzudin Shidqui dan film kedua berjudul Pareeksha yang disutradarai oleh Prakash Jha. Khusus film kedua, penulis tak ragu ragu menonton manakala tahu bahwa sutradara film tersebut adalah Prakash Jha yang terlihat jelas kualitasnya.

Dua film tersebut mengangkat tema yang sama, yakni pendidikan. Bahkan keduanya diangkat dari kisah nyata.

Serious Men berkisah tentang seorang ayah yang memanipulasi anaknya. Film ini berkisah tentang seorang Ayah dari keluarga tak mampu yang berprofesi sebagai astronom. Ia termasuk pegawai yang gagal mendapatkan perhatian dari atasannya.

Ia sadar bahwa pendidikan adalah jalan keluar dari kemiskinan yang dialaminya. Karena itu salah satu aksi brutal yang ia lakukan  adalah melakukan rekayasa terhadap putra semata wayangnya agar bisa menjadi anak yang pandai dan menonjol di segala macam keilmuan.

Bermodalkan ego itulah ayah tersebut lantas memaksa anaknya untuk menghafalkan beberapa pengetahuan yang seharusnya belum diajarkan pada anak usia Sekolah Dasar. Meski anaknya menjadi "pintar" dan mendapat gelar anak ajaib serta menjadi terkenal, namun apa yang dilakukan ayah tersebut memiliki imbas yang cukup panjang.

Sang anak karena tekanan dari ayahnya untuk menghafal nama planet, rumus fisika bahkan menghafal pidato politik menjadi stres dan memiliki gangguan mental hingga trauma. Hal itulah yang membuat Ayahnya tersadar dan bahkan fim yang diputar streaming di Netflix ini diakhiri dengan cukup tragis untuk sang Ayah.

Film Pareeksha juga sama. Ambisi orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya. Ayah dalam film ini juga sadar bahwa pendidikan bisa mengubah kehidupan dengan menatap masa depan yang cerah.

Bedanya, Ayah di film Pareeksha tidak memanipulasi anaknya. Ia mengerti jika anaknya memiliki bakat dalam bidang pendidikan namun tidak mendapat kesempatan bersekolah di tempat yang lebih baik. Sang anak dalam film Pareeksha dikisahkan bersekolah di sekolah negeri yang kualitasnya kurang baik.

Sang Ayah yang berprofesi sebagai tukang becak pun tak menyerah untuk memasukkan anaknya di sekolah favorit agar bisa melanjutkan pendidikan yang berkualitas. Meski dengan sedikit memohon kepada kepala sekolah akhirnya Sang anak bisa diterima meski biaya sekolah mahal. Ayah dalam film Pareeksha sampai hutang besar untuk menyekolahkan anaknya.

Tak sampai disitu karena saking mahalnya biaya Sang ayah itu sampai menjadi pencuri dan akhirnya tertangkap manakala ingin membobol rumah. Sang Ayah akhirnya hidup dalam penjara sedang anaknya terus bersekolah ditempat yang biayanya mahal tersebut.

Dua penggalan kisah di atas mungkin bisa kita jadikan refleksi bagaimana bersikap terhadap pendidikan anak. Pada kasus film pertama, memang ceritanya cukup ekstrim yakni orang tua yang memanipulasi anaknya  dalam dunia pendidikan meski hal itu diluar kemampuannya.

Pendidikan yang masih mengarahkan anak lebih banyak menghafal serta memaksa anak untuk menekuni hal yang diluar dari kemampuannya memang kerap kita jumpai. Misalnya, ada anak yang tidak pandai dalam matematika namun pintar dalam bahasa dipaksa agar bisa mampu dalam dunia eksakta.

Hal ini ada dalam kasus film pertama sebagaimana diceritakan. Terkadang pola pendidikan dengan memaksa anak agar bisa menuruti kemauan orang tuanya dalam dunia pendidikan menghasilkan imbas negatif, meski adapula yang sukses dengan menggunakan model seperti itu. Hal itu tidak salah karena kembali kepada pola pikir kedua orang tua yang ingin mengarahkan anaknya.

Pada kasus film kedua, sang ayah hanya berusaha semaksimal mungkin agar anaknya bisa bersekolah di tempat yang kualitasnya baik. Ini sebenarnya adalah kriitik tentang kualitas dalam dunia pendidikan yang berjenjang. Tidak kaget dalam kasus India yang masih menggunakan sistem kasta. Tapi di Indonesia klasifikasi sekolah berdasarkan kualitas dan biaya juga masih ada.

Pendidikan memang memiliki posisi yang vital dalam kehidupan. Kedua ayah dalam film berbeda itu sepakat jika pendidikan bisa mengubah kehidupan lebih baik. Hanya saja cara mengarahkan pendidikan anaknya yang berbeda dari dua ayah dalam film tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun