Beberapa penilitian mengatakan, anak korban peceraian akan mengalami kondisi psikis dimana mereka tidak percaya akan hubungan dalam pernikahan. Bahkan, beberapa diantaranya suka menyendiri dan merasa terganggu secara mental.
Harusnya perceraian tidak berdampak kepada anak, dengan catatan kedua orang tua mereka melepas ego masing-masing demi sang buah hati.
Terkadang, diantara mantan suami dan istri masih sama-sama egois merekalah yang berhak atas anak mereka. Banyak kasus, anak dipisahkan dari ayahnya dan anak dipisahkan dari ibunya pasca perceraian.
Justru kondisi ini, sangat berdampak kurang baik terhadap para anak. Mereka tidak bisa mendapatkan kasih sayang yang utuh dari kedua orang tuanya.
Harusnya, para orang tua berkomitmen dengan baik terhadap anak mereka meski sudah bercerai. Komitmen agar perpisahan mereka tidak berdampak pada anak, apapun itu kasus yang melatar belakangi perceraian mereka.
Jika salah satu merasa egois, merasa benar sendiri dan merasa berhak atas hak asuh anaknya, maka dampak terhadap anak makin besar adanya.
Termasuk tanggung jawab terhadap anak, juga harus dipegang teguh oleh orang tua. Perceraian memutus kewajiban suami kepada istri dan sebaliknya. Tapi tidak memutus kewajiban terhadap anaknya. Kewajiban memberi nafkah dan kewajiban memberikan kasih sayang.
Perceraian bukanlah sesuatu yang didambakan oleh pasangan manapun. Namun, jika perceraian tak bisa dielakkan, jangan jadikan anak sebagai korban akibat gagalnya rumah tangga.