Mohon tunggu...
Muchammad Nasrul Hamzah
Muchammad Nasrul Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Asli

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Pelukan Politisi dan Pelukan Mantan di Atas Pelaminan

13 November 2019   12:56 Diperbarui: 13 November 2019   13:00 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pelukan (Foto: behance.net)

Tensi politik beberapa hari terakhir menghangat dan ramai diperbincangkan publik. Masalahnya-pun hanya sepele. Karena adegan pelukan. Sejumlah tokoh dan pakar sampai menganalisa masalah ini secara mendalam dan tuntas dengan berbagai analisa dari beragam sudut pandang.

Berdasarkan kajian para pakar, pelukan itu menunjukkan hubungan di internal koalisi memanas. Ada pula yang menganalisa jika pelukan itu menunjukkan sinyalemen partai koalisi menyebrang ke jalur oposisi.

Analisa dari berbagai pakar mulai meluas. Tak karuan arahnya dan makin seru sebenarnya.  Itu belum ditambah, adanya saling lempar sindiran dari para elit politik terkait adegan pelukan tersebut.

Beruntung, tensi politik yang memanas itu mereda karena adegan pelukan oposisi-koalisi dibalas dengan pelukan yang tak kalah romantis antara koalisi-koalisi. Jujur saya tidak tahu mana pelukan yang lebih mesra antara keduanya.

Adegan pelukan balasan yang fotonya diabadikan dan menjadi headline berbagai media massa itu, kian menyejukkan kondisi perpolitikan setelah cukup membuat masyarakat penasaran. Tapi entah, apakah ada yang baper pasca pelukan itu, kita tunggu saja.

Bicara soal pelukan dan baper, maka tidak saja dialami oleh politisi. Anak muda yang memadu kasih juga dihinggapi perasaan yang sama. Baper. Suatu waktu saya sedang membuka media sosial Instagram. Bagian beranda terdapat video yang menceritakan tentang seorang laki-laki yang datang ke upacara pernikahan mantan kekasihnya.

Tanpa ragu dan malu, keduanya berpelukan seakan mengurai kesedihan di atas pelaminan. Keduanya saling tangis - menangisi satu sama lain. Makin miris, karena "soundtrack" video berdurasi kurang dari satu menit itu adalah lagu berjudul "Harusnya Aku". Saat sang dua mantan kekasih berpelukan di atas pelaminan, justru pandangan saya tertuju kepada sang suami dari perempuan itu yang melemparkan senyum kecut.

Video-video serupa banyak tersebar di akun media sosial dengan "caption" beragam. Ada yang bernada sendu, juga kadang hanya sekadar untuk melucu. Bahkan, ada yang lebih parah dari video semacam itu. Ceritanya sama. Seorang laki-laki yang datang ke pesta pernikahan mantan kekasihnya. Mereka berpelukan. Namun akhirnya tragis.

Merasa ayah sang putri tak terima dengan adegan itu, lalu mantan pacarnya itu sampai hendak dipukul. Gak salah juga sikap seperti itu. Bisa jadi ia malu karena pada momen sakral itu biasanya keluarga kedua belah pihak ada di lokasi. Lalu, juga banyak tamu yang merupakan kolega hingga tetangga. Bisa jadi adegan pelukan mantan diatas pelaminan itu juga menjadi bahan "ghibah" keesokan hari-nya.

Intinya, tulisan ini memang saya rancang bukan untuk serius. Sudah banyak pakar yang menganalisa tentang politisi berujung baper dan sedikit sakit hati. Ternyata, kondisi seperti itu sama dengan pelukan mantan diatas pelaminan. Sama-sama bikin baper. Sama-sama bikin ambyar. Sama-sama mengganggu ketentraman jiwa.

Akhirnya agar tulisan ini tidak receh begitu saja, ada poin penting yang perlu dicermati. Bahwa masih ada yang lebih besar daripada sekadar urusan pelukan. Kesejahteraan masyarakat, masih tingginya angka gini rasio dan meningkatkan sektor perekonomian jauh lebih penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun