Puisi-puisi Sapardi Djoko Damono selalu saja "merongrong" saya. Kadang saya merasakan puisi-puisinya seperti segerombolan pasukan perang dengan senjata otomatis yang mematikan, terus mendesak-merangsek dan menggempur piiran-pikiran saya. Saya pun dibuat kalah, lalu menyerah dan puisi-puisi Sapardi berhasil menguasai seluruh jaringan saraf di kepala saya.Â
Namun, semua itu tak membuat saya "melarikan diri", justru saya malah kian mendekap setiap kata dalam baris dan setiap baris dalam bait. Saya bergumul dengan puisi Sapardi, seperti saat ini saya berulang membaca salah satu puisinya.
KESAKSIAN
    Kita menyaksikan sejumlah polisi melompat dari sebuah truk
dan kita diam saja.
    Kita menyaksikan mereka menghardik beberapa pedagang
kaki lima dan kta diam saja.
    Kita menyaksikan mereka mengobrak-abrik barang dagangan
dan kita diam saja.
    Kta menyaksikan mereka bergumul dengan laki-laki dan
perempuan yang melawan dan kita diam saja.