Dalam tradisi Islam, akal tidak dianggap sebagai sumber yang terpisah, melainkan sebagai alat penting untuk memahami, menafsirkan, dan mengaplikasikan wahyu. Tanpa akal, wahyu hanya akan menjadi teks yang mati. Proses ini dikenal sebagai ijtihad (penalaran) dan tafsir (interpretasi). Hubungan antara wahyu dan akal bersifat dialektis: wahyu memberikan premis-premis dasar, sementara akal mengembangkan premis tersebut menjadi ilmu pengetahuan yang terperinci.
Wahyu dan Ilmu Pengetahuan Alam'
Para ilmuwan Muslim di masa keemasan peradaban Islam tidak melihat wahyu dan ilmu alam sebagai dua hal yang bertentangan. Sebaliknya, mereka melihat wahyu sebagai katalisator.
Relevansi Kontemporer.
konsep ini kembali relevan di tengah perdebatan tentang hubungan antara sains dan agama. Dari perspektif Islam, wahyu dapat memberikan arah moral dan tujuan bagi ilmu pengetahuan. Ia mengingatkan bahwa ilmu harus digunakan untuk kebaikan manusia dan alam semesta, bukan hanya untuk akumulasi kekuasaan atau kekayaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI