Untuk pertama kalinya Hotman Paris, pengacara kondang bercincin ramai itu kalah telak. Ironisnya, Hotman kalah dari seorang satpam.
Hoaks? Bukan! Perkaranya begini.
Pagi kemarin, Kamis 25 September 2025, aku dan istri naik kereta komuter dari Stasiun Kebayoran Lama ke Rangkasbitung. Sedikit agak penuh. Aku dan istri menuju kursi prioritas di ujung gerbong; kami lansia maka kami prioritas.
Kiri dan kanan kursi prioritas itu sudah terisi. Kiri diduduki seorang perempuan paruh baya, kanan diduduki seorang lelaki paruh baya juga. Jelas mereka berdua bukan kelompok prioritas.
Istriku berinisiatif duduk di ujung kursi kanan, menyisakan ruang sepantat di tengah. Kuhenyakkan pantatku di situ. Duduk mantap.
Ndilalah, lelaki paruh baya itu pengertian banget. Dia segera berdiri, pindah duduk ke kursi prioritas, berendeng dengan perempuan paruh baya tadi.
Ah, dia lelaki baik. Kuperhatikan dia. Kami saling melihat, saling angguk, tanda lelaki saling pahamlah. Dari pakaian dan sepatunya, jelas dia seorang satpam. Entah satpam mana.
“Lihat cincinnya,” bisik istriku. Astaga! Hampir saja aku terpontal takjub. Delapan jemari tangan kiri dan kanannya dihiasi cincin-cincin bermata batu akik besar aneka warna. “Luar biasa. Apa gak keberatan tuh jemari,” pikirku, masih takjub.
Melihat jemari penuh cincin itu, tetiba saja aku teringat pada pengacara Hotman Paris Hutapea. Kamu tahu, kan? Selain kondang sebagai pengacara top dan host acara TV, dia sangat terkenal dengan rangkaian cincin berlian besar di jemari tangannya: dua di kiri dua di kanan.
Dihadapkan pada fakta delapan cincin akik di jemari satpam yang duduk di seberangku, spontan aku menyimpulkan kali ini Hotman Paris kalah total. Dari sisi jumlah, ukuran, dan warna-warni mata cincin sangat jelas Hotman Paris kalah telak dibanding Pak Satpam itu.