Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ke Pekan Raya Jakarta 2022, Percuma Jadi Lansia!

14 Juli 2022   13:24 Diperbarui: 14 Juli 2022   14:06 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di depan loket dan pintu masuk D Pekan Raya Jakarta di Kemayoran pada Kamis (13/7/2022) sore (Foto: Dokpri)

Curangnya lagi, yang antri ternyata banyak warga milenial juga, mewakili orangtua atau kakek-neneknya yang sudah lansia, mungkin, ya. Wah, gak konsekuen tuh lansia.  Gak adil, kan?

Lagi pula, siapa sih yang bisa menjamin e-KTP lansia di tangan Si Milen(ial) itu benar e-KTP milik bapak, ibu, kakek, atau neneknya? Bisa saja e-KTP milik tetangganya, kan?  

Engkong jadi suudzon, nih. Kalau Si Milen itu punya 10 orang tetangga lansia, kan dia bisa pinjam e-KTP mereka.  Dengan cara itu dia biasa masuk ke PRJ 10 kali dengan tiket gratis, kan?  Nanti, pulangnya, tinggal beli oleh-oleh ciki-cikian seharga Rp 10,000 untuk lansia pemilik e-KTP. Masih menang Rp 30,000 per tiket, bukan? Aje gile!

Karena Engkong merasakan ketidak-adilan dalam prosedur tiket gratis itu, maka Engkong keluar dari barisan antrian. Ngapain juga berjibaku bersaing dalam antrian dengan milenial, tentara, dan polisi? Gak manusiawi banget.

Lagi pula, dalam kondisi pandemi begini, antri dalam waktu cukup lama begitu berisiko tertular virus corona.  Walau  Engkong sudah vaksin dua kali plus sekali buster. Itu bukan jaminan bebas dari serangan corona, bukan? 

Dengan perasaan kesal, Engkong ambil handphon dan langsung scan barcode tiket elektotronik yang banyak disediakan di area loket dan pintu masuk.  Bayar deh Rp 40,000. Rasanya percuma banget jadi lansia di PRJ ini.  Ujung-ujungnya bayar tiket juga.

Sebenarnya hanya Rp 40,000 dan hanya berlaku untuk satu tiket saja.  Bukan jumlah yang besar, seperti rencana tiket naik candi Borobudur misalnya.  Tapi niat Manajemen PRJ kan untuk menghargai lansia yang masih berani hidup walau sudah pensiun.  Jadi, ya, tidak ada salahnya jika warga lansia macam Engkong menghargai niat baik itu dengan cara memanfaatkannya, bukan?

Tapi kalau prosedurnya harus dengan "menukar" e-KTP dengan selembar tiket di loket, menurut Engkong itu agak "kurang ajar", ya. Loe pikir aja sendiri, warga lansia ya kok disuruh antri tiket di loket yang sesak dengan ragam jenis orang dalam kondisi pandemi. 

Apakah Manajemen PRJ gak tahu kalau lansia itu kelompok paling rawan tertular covid? Atau sebenarnya tahu, maka sengaja disuruh antri agar lansia ogah? Hitung-hitung, lumayan buat ngurangin jumlah tiket gratis. Sadis, kalau begitu.

Kenapa sih Manajemen PRJ tidak sekalian mengintegrasikan pembelian tiket gratis untuk lansia secara daring?  Itu kan bukan sesuatu yang sulit.  Gampang banget, malahan. Nanti saat cek tiket di pintu masuk PRJ, baru KTP ditunjukkan dan dicocokkan dengan pemegang tiket.  Kan, ketahuan kesesuaian foto dan wajah aslinya. 

Kalau takut proses verifikasi macam itu menghambat arus pengunjung di pintu masuk, ya, sediakan saja pintu masuk khusus lansia. Apa susahnya, sih?  Kecuali Manajemen PRJ memang gak bersungguh-sungguh menghargai lansia.  Cuma untuk pencitraan saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun