Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Marcel Mauss dan Makna Pemberian kepada Guru Kita

2 Juli 2022   13:48 Diperbarui: 4 Juli 2022   21:30 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hadiah untuk guru. Sumber; TongRo Images Inc via Kompas.com

Sebaliknya durasi satu kelas hanya satu tahun, atau 6 tahun masa sekolah untuk SD dan 3 tahun untuk SMP/SMA.  Jika murid sudah naik kelas atau lulus, maka tak ada lagi kepentingan dengan guru lama. Sehingga pemberian pada guru bermakna lebih sebagai penghargaan saja,  ketimbang pengharapan. 

Tipe pemberian yang dapat dimaknai pengharapan adalah pemberian yang dilakukan di awal/tengah tahun pelajaran. Terutama pemberian yang bersifat pribadi ke pribadi, dari seorang murid/orangtua kepada seorang guru kelas atau guru vak. 

Tapi hal serupa bisa juga dikatakan tentang pemberian yang bersifat kolektif, baik dari pihak pemberi maupun penerima. Dengan catatan, pemberian kolektif itu dilengkapi daftar nama penyumbang dan besar sumbangan. Penonjolan identitas semacam itu dapat dipersepsikan sebagai tanda "pengharapan".  

Pengharapan murid/orangtua kepada guru, jika merujuk Mauss, adalah imbal-balik dalam nilai "prestasi" yang lebih besar dari nilai "prestasi" pemberian murid/orangtua.

Bentuk umum imbal-balik yang diharapkan adalah previlese untuk murid yang memberi barang/uang. Previlese untuk ditunjuk mewakili sekolah dalam ragan ajang lomba ajademik antar sekolah. Previlese untuk mendapatkan nilai bagus berdasar subyektivitas guru-guru. Dan, terkait hal terakhir ini, previlese untuk diterima di SMP/SMA favorit, atau diusulkan namanya ke jalur undangan masuk PT tanpa tes.

Hal-hal terakhir inilah yang dimaksud dengan "beban imbal-balik" bagi guru yang menetima pemberian dari murid/orangtua. Itu adalah area subyektif yang dapat mengarahkan guru untuk bersikap diskriminatif di kelas. Lebih mengutamakan murid kaya yang memberi banyak, ketimbang murid miskin yang tak memberi apa-apa. 

Saran Pemberian Kolektif Anonim

Wilayah kritis pemberian  murid/orangtua kepada guru terdapat pada dua aspek ini:

  • Cara Pemberian: Pemberian secara perorangan, atau kolektif tapi dilengkapi daftar nama dan jumlah sumbangan, cenderung bermakna pengharapan akan imbal-balik previlese dari guru.
  • Waktu Pemberian: dibanding pemberian di akhir tahun ajaran, maka pemberian di awal/tengah tahun pelajaran cenderung lebih bermakna pengharapan akan previlese untuk murid dari guru.

Cara dan waktu pemberian yang bermakna pengharapan itu secara moral tidak dapat diterima. Sebab dia mengindikasikan praktek kolusi/korupsi/nepotisme. Murid belajar bahwa pemberian kepada seseorang yang memiliki "kuasa" dapat nenghasilkan imbal-balik previlese baginya.

Itu sisi negatifnya. 

Tapi pemberian itu ada juga sisi positifnya. Pemberian murid/orangtua kepada guru-guru dapat meningkatkan kohesivitas sosial antara sekolah dan keluarga, antara para guru, murid, dan orangtua. Kohesivitas semacam itu memungkinkan interaksi produktif untuk peningkatan kinerja sekolah, guru, dan murid.

Pemberian oleh murid/orangtua kepada guru bisa menjadi tindakan yang selaras moral sosial. Asalkan dilaksanakan dengan cara yang bersifat impersonal dan berkeadilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun