Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Dari Kangkung Stres ke Ampuhnya Lidah Mertua [Bagian 2]

25 Juli 2021   15:02 Diperbarui: 25 Juli 2021   16:08 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ringkasan Bagian 1

Artikel Bagian 1 sudah sangat ringkas. Tidak bisa diringkas lagi. Silahkan cari dan baca sendiri. Jadi Kompasianer Rebahan itu malasnya mbok ya ojo kebangetan.

 

Daeng Khrisna itu ngakunya pulang ke Jeneponto untuk menghelat Festival Turatea. Tapi sejauh yang dibagikannya di grup perpesanan, dia cuma minum teh es diaku bir, menari joged bersama turiswati bule, menggotong rumah panggung yang salah berdiri, dan berfoto dengan kostum Sultan Hasanuddin di komplek makam raja-raja Jeneponto. 

Itukah yang dibilang Festival Turatea. Entahlah. Yang jelas, jangan mendebat Daeng Khrisna. Sebab semakin didebat, semakin besar risikonya bagimu.  Dia akan semakin mudah menemukan kesalahanmu dalam penggunaan kata sambung dan kata sandang. Bisa panjang perkaranya, kawan!

Entah bagaimana pula caranya Daeng Khrisna bisa menemukan sinyal di Jeneponto. Dia selalu mengaku sulit ikut aducuap di grup perpesanan karena Jeneponto itu berada di garis tepi sinyal. 

Kemungkinannya dia telah memanjat pohon lontar yang sedang disadap tuaknya. Lalu dari pucuk pohon itu, sambil menenggak tuak manis, dia membagi cuap bahwa lidah mertuanya manis.  Engkong sangat percaya pada Daeng Khrisna. Tapi gak pernah percaya pada ujaran seorang lelaku yang sedang mabuk tuak di atas pohon, sejujur apa pun dia.

Menurut Engkong, belajar dari tipologi ala Max Weber, hanya ada dua tipe ideal lidah mertua, tipe penyair dan tipe penyiar. Tipe penyair adalah lidah mertua yang selalu menata kata dalam kalimat-kalimat berima dan berirama.

Rangkaian kalimat itu membentuk puisi panjang ala "Nyanyian Angsa" Rendra yang berisi teguran, celaan, sindiran,dan kecaman kepada menantunya. Kalau Daeng Khrisna bilang lidah semacam itu manis, berarti dia tak paham bahwa asupan puisi yang overdosis bisa membuat kangkung stres lalu bunuh diri.

Tipe penyiar adalah lidah mertua yang hipersibuk memviralkan rahasia dapur, sumur, dan kasur menantunya. Engkong tak tega mendeskrisikan sadisnya lidah mertua tipe ini. Tapi ada indikator sederhana. Kalau sampai mertua teman SD-mu tahu kamu punya celana dalam polkadot merah jambu yang bolong bagian depannya, maka sudah pasti lidah mertuamu tipe penyiar kawakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun