Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Gagalnya Pembentukan Komunitas Kenthir Kompasiana

3 April 2021   13:05 Diperbarui: 3 April 2021   15:18 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari Kompasiana.com

Tahu komunitas-komunitas kompasianer ternyata bisa mendapat dana dari Kompasiana, saya bernafsu membentuk komunitas kompasianer kenthir. Demi peluang dapat dana dari Kompasiana. Bukan untuk tujuan luhur seperti, misalnya, pengembangan kemampuan tulis anarkis atau kreatif-inovatif. Tidak, saya tak cukup baik untuk munafik.

Saya sudah sempat memikirkan siapa-siapa saja yang layak diundang menjadi anggota komunitas itu. Kategori pertama adalah para kompasianer jomlo. Alasannya, menjomlo adalah sebuah kualitas kekenthiran hakiki. Hanya orang kenthir yang sabar menjomlo.  

Sudah ada dua orang jomlo yang masuk intaian radar untuk direkrut jadi anggota komunitas. Guido dan Ozy, dua orang jomlo terakhir di Kompasiana.

Kebetulan artikel kedua orang itu juga tergolong kenthir. Apapun topik tulisannya, ujungnya selalu sama. Artikel Guido selalu berujung pada nasib cengkehnya. Sedangkan artikel Ozy selalu berujung pada nasib muridnya.

Kategori kedua adalah para kompasianer "nabi".  Itu adalah kompasianer yang tak pernah jera menyuarakan dosa-dosa kompasianer lain. Tujuannya agar mereka bertobat. Itu kenthir karena pertobatan bukan aksi yang menarik dan komersil di masa kini. Kecil peluang viralnya.

Sudah ada juga dua orang kompasianer "nabi" yang layak direkrut.  Daeng Khrisna Pabichara dan Daeng Rudy Gunawan. Bahwa keduanya daeng, itu hanya menunjukkan negeri para daeng adalah penghasil "nabi" yang tak diakui di kampung halamannya. Makanya mereka mencoba peruntungan di Kompasiana.

Kedua kompasianer itu adalah "nabi" kenthir. Daeng Khrisna adalah "nabi munsyi" yang doyan mengorek-korek kesalahan berbahasa kompasianer. Sedangkan Daeng Rudy adalah "nabi kamasutra" yang gemar mengulik-ulik kesalahan seksual kompasianer. 

Intinya, mereka berdua konsisten mempermalukan kompasianer.  Dan itu, kenthir, keren abis.

Sebenarnya saya terpikir juga kategori ketiga, yaitu kompasianer yang artikelnya kerap masuk karantina Kompasiana.  Misalnya, Mas Susy Haryawan.  

Tapi, saya pikir, kompasianer macam Mas Susy berpotensi merusak reputasi komunitas kompasianer kenthir.  Nanti orang bilang, "Oh, kompasianer kenthir itu adalah mereka yang artikelnya sering masuk karantina, ya." Wah, nggak banget, deh. Jadi, sori aja Mas Susy, Anda ditolak sebelum melamar.

Namun ada satu soal yang membuat pembentukan komunitas kompasianer kenthir itu gagal. Soal singkatan nama. Komunitas Kompasianer Kenthir, disingkat jadi KKK. Nah, bahaya, nanti dikira Klu Klux Klan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun