Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Indonesia Butuh Kritikmeter dan Kritikologi

11 Februari 2021   08:18 Diperbarui: 11 Februari 2021   17:45 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi minta kritik pedas (Foto: indonesiatimes.co.id)

"Beri kami kritik pedas." -Presiden Jokowi

Kritik, bukan kripik. Sebab kalau kripik, presiden gak usah minta. Tinggal beli di warung sebelah.

"Habis kritik terbitlah sprindik."  -Bokkor Bossor

Sprindik, surat perintah penyidikan. Bukan brintik, rambut mendadak keriting gegara terpapar kritik.

Dua ujaran itu hari-hari ini memenuhi ruang adubacot di Gang Sapi. Setiap bacoter lihai mengutip kata dan kalimat dari artikel-artikel dan cuitan-cuitan di media daring. Adubacot berlangsung seru, nikmat, tanpa solusi.

Ulara dan Ulari, dua ekor ular sohor semedsos, nguping dari kos gelapnya di kandang sapi. Terheran-heran, betapa para manusia bacoter itu miskin ide, defisit solusi.

Ulara (Ra): "Aneh manusia Indonesia itu. Takut ngritik pedas penguasa.  Gegara takut dapet sprindik dari pulisi. Padahal presiden sudah minta kritik pedas."

Ulari (Ri): "Ya, iyalah, Ra. Siapa sih yang gak begidik dapet sprindik?  Loe aja kale yang gak begidik. Loe gak punya bulukuduk, sih."

Ra: "Bukan gitu, Ri. Manusia Indonesia itu perlu mengukur diri. Makanya tukang kripik  bikin level kepedasan. Level satu sampe dua, aman. Tiga sampe empat, mules. Lima sampe enam, mencret jijay lebay. Tujuh sampe lapan, tahanan puskesmas. Sembilan sampe sepuluh, tahanan rumkit, dengan risiko tahanan taman pemakaman, kalo ade komplikasi."

Ri: "Lha, apa hubungan kripik pedas dengan kritik pedas, Ra. Ngarang, loe."

Ra: "Ini ngilmiah, Ri. Bukan ngelmu. Begini. Kritik itu seperti kripik.  Enak dan perlu.  Tapi  kalo kripik kelewat pedes, kan bisa ngirim pelahap ke liang kubur. Kritik juga gitu. Kalo kelewat pedes, bisa bikin merah kuping dan hati penguasa. Karena kritik pedes bisa membunuh legitimasinya. Bahaya untuk kariernya, kan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun