Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kompasiana, Wahana Kompetisi atau Komunikasi?

31 Juli 2020   18:52 Diperbarui: 31 Juli 2020   20:41 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: kompasiana/kompas.com


***
Jika saya pada posisi pengabdi, maka saya akan selalu berusaha tampil menjadi yang terbaik menurut ukuran kepentingan kapitalistik Kompasiana. Dan ukuran terbaik di sini adalah meraih prestasi "Artikel Utama".

Konsekuensinya, terjadilah kompetisi di antara anggota kerumunan  pengabdi  untuk tampil menjadi yang terbaik di Kompasiana. Siapa yang artikelnya dipilih Admin K menjadi Artikel Utama, dialah pemenang kompetisi atau yang terbaik dalam kerumunan.

Seorang pengabdi  tidak perduli apakah artikelnya memenuhi kepentingan atau nilai-nilai khalayak.  Itu tidak penting. Hal terpenting baginya adalah memenuhi kepentingan Kompasiana demi meraih prestasi "Artikel Utama".

Karena itu Kompasianer pengabdi cenderung fokus menulis isu-isu yang sedang tren atau diusahakan nge-tren, misalnya "Topik Pilihan",  oleh Kompasiana.  Dengan gaya tulis khas standar Kompas. 

Karena isu-isu dan gaya tulis seperti itulah yang dianggap punya nilai jual atau nilai pasar. Artinya berpotensi menjaring banyak pembaca. 

Semakin banyak kunjungan pembaca, semakin tinggi nilai komersil Kompasiana. Sehingga semakin banyak pula iklan masuk.  

Seorang pengabdi dalam Kompasiana pada dasarnya adalah seorang Aristotelian (Aristoteles) yang menulis artikel demi kemegahannya sendiri.  

Semakin kerap dia meraih posisi "Artikel Utama", dan semakin besar jumlah pembacanya, maka semakin megah namanya di lingkungan  kerumunan Kompasiana.

Seorang pengabdi tidak menyadari, atau bahkan menolak sadar,  bahwa kemegahan yang diraihnya bukanlah representasi dirinya yang otentik melainkan yang palsu.  

Sebab sejatinya dia telah mengingkari otentisitasnya untuk menjadi anggota kerumunan palsu di dunia maya Kompasiana. Di situ dia telah menghambakan diri kepada kepentingan atau nilai-nilai kapitalis yang dibawakan Kompasiana.  


***
Jika saya pada posisi penyimpang, maka saya menolak tampil seturut nilai atau kepentingan kapitalis yang diemban Kompasiana. Pada posisi itu,  "Artikel Utama"  bukanlah suatu tujuan pokok atau target terencana bagiku, melainkan lebih sebagai "hasil tambahan" (side effect).  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun