Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Kasihan, Kompasianer Milenial Takut Kenthir

24 Juli 2020   20:47 Diperbarui: 24 Juli 2020   21:25 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi I love kenthir (Diambil dari artikel Herry FK, Kaisar Planet Kenthir, di Kompasiana)

(1)
Pagi ini saya bernostalgia saat membaca artikel Kompasianer dr. Posma Siahaan, "Aku Ingin Menulis 'Sekenthir' Dulu Lagi ...:" (K.24.7.20).   Dulu, maksudnya paruh pertama 2010-an, ketika satu komunitas yang menamakan diri Planet Kenthir masih jaya. Rekan Posma adalah salah seorang warga komunitas itu.

Warga komunitas Planet Kenthir itu asli para Kompasianer kenthir, sungguhan ataupun pura-pura. Semboyan mereka, "Sekali kenthir tetap kenthir."  

Dengan dalih kenthir itu, mereka bebas menulis artikel apa saja, termasuk artikel perundungan teman tang tidak boleh marah (kenthir kok marah). Rekan Posam waktu itu kerap juga menulis artikel yang isinya kenthir-kenthir ngeres atau merangsek.

Kenthir itu adalah kekuasaan. Warga Planet Kenthir itu berkuasa menempatkan artikel mereka di ruang Nilai Tertinggi (NT) Kompasiana. Caranya, semua warga Kenthir kompak memberi nilai dan komentar. Maka nongollah artikel itucdengan cepat  tapi bertahan lama di ruang NT.

Kini Planet Kenthir itu telah hilang dari peredaran.  Entah kemana hilangnya, tidak ada yang tahu. Mungkin tersedot Lubang Hitam di antariksa sana. Tidak ada pula ahli astronomi yang bisa menjelaskan keberadaan "planet" itu.

Malanglah  nasib rekan Kompas Posma. Dia kehilangan planet tempat mukimnya, juga teman-teman kenthirnya. Sekarang dia tak berani lagi menulis artikel kenthir-kenthir ngeres. Soalnya tak ada lagi teman yang mendukung. Tambahan dia harus jaim pula. Karena mpernah meraih predikat Kompasianer terbaik untuk "Special Interest".  

(2)
Memasuki paruh kedua 2010-an ada pendekar "The Three Maskenthir" di Kompasiana. Mereka adalah Pebrianov, Jati Kumoro dan Susy Haryawan.  Julukan itu diberikan oleh Kompadianer Felix Tani, perundung Kompasianer terkenthir, untuk mereka bertiga.

Pebrianov itu terkenal sebagai penyair sadomasokis. Puisi-puisinya penuh lendir dan tusukan belati. Polemik "belati berlendir"-nya dengan Kompasianer Desol, berupa baku-tikam puitik, sangat fenomenal di Kompasiana waktu itu.

Selain itu Pebrianov terkenal sebagai penulis artikel picisan yang jenaka. Tidak ada topik serius yang tak bisa ditekuknya menjadi artikel ringan yang kocak. Sebaliknya topik yang remeh-temeh diolahnya menjadi artikel yang bikin dahi berkerut.  Di situlah letak kekenthirannya yang tiada tara.

Sayang, sekarang Pebrianov sedang hilang dari peredaran, seperti halnya Planet Kenthir. Dia yang bercita-cita menjadi Admin K 2222 ini kemungkinan kembali ke pedalaman Borneo untuk membangun rumah panjang cerdas. Itu sesuai dengan keahlian asalinya: arsitektur kenthir.

Jati Kumoro sohor sebagai Professor bidang Habulogi.  Digelari juga King of Habul, tersebab artikel-artikelnya yang full-habul kocak. Pengantin baru dilarang baca artikel humor Prof. Jati pada malam pertama.  Sebab ditabggung mereka akan gagal gulat karena tergelak sepanjang malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun