Pengetahuan Asli
Pengetahuan asli adalah narasi lisan lokal yang dibangun berdasar pengalaman praktis antar generasi dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Â
Keberadaan Siraja Batak adalah titik pangkal pengetahuan asli orang Batak tentang struktur sosial dan norma sosial atau adat-istiadat. Â
Siraja Batak disebutkan menikah dengan "Putri Siam" dan dikaruniai dua putra, Tateabulan dan Isumbaon. Â Dua putra inilah dasar struktur masyarakat dua belahan (moiety) pada orang Batak.
Keturunan dua putra itu membentuk Belahan Lontung (Ilontungon, nama lain Tateabulan) dan Belahan Sumba (Isumbaon). Secara tradisi, Belahan Lontung adalah hulahula (pemberi isteri) bagi Belahan Sumba yang berada di posisi boru (penerima isteri). Â
Itulah model relasi hulahula-boru yang mewujudkan struktur sosial Dalihan Natolu pada masyarakat Batak Toba.  Ini struktur triangular yang membingkai relasi sosial hulahula dan boru serta dongan tubu (kerabat segaris darah lelaki) masing-masing.
Norma pengatur relasi itu adalah "Somba marhulahula, manat mardongan tubu, elek marboru". Artinya, "Sembah pada hulahula, baik pada dongan tubu, kasih pada boru."
Tradisi pemukiman dan pemerintahan dalam masyarakat Batak  juga berpangkal pada model huta, lalu horja (federasi huta) dan bius (federasi horja) Sianjurmulamula,  pemukiman dan pemerintahan Siraja Batak dan kedua putranya.
Semua huta, horja dan bius di Tanah Batak merujuk pada model Sianjurmulamula. Intervensi pemerintah kolonial Belanda, lalu Pemerintah RI, menghilangkan sistem pemerintahan asli Batak. Jika ada yang masih bertahan sampai sekarang, maka itu adalah lembaga huta.
Pembentukan huta, kemudian horja dan bius di masa lalu berkembang sebagai konsekuensi migrasi orang Batak ke delapan penjuru Tanah Batak.
Proses migrasi itu menjadi rujukan pengetahuan asli orang Batak tentang marganya, leluhurnya, Â relasinya dengan marga lain (hulahula/dongan tubu/boru), dan golat atau tanah ulayatnya. Â
Begitulah. Â Dari sekitar 325 marga Batak Toba kini, sekitar 250 marga, berdasar pengetahuan asli, berasosiasi ke Belahan Sumba. Â Selebihnya, sekitar 75 marga, berasosiasi ke Belahan Lontung.