Pujian capres Prabowo atas prestasi Sandiaga telah mengunjungi 1,000 titik lokasi di negeri ini ternyata dinegasikan cawapresnya itu sendiri.
Dengan pujian itu Prabowo hendak mengabarkan kepada khalayak bahwa, dari kunjungan ke 1,000 titik lokasi itu, Sandiaga sudah mendapatkan pengetahuan dan pemahaman tentang masalah-masalah riil pembangunan sosial, ekonomi, politik, dan budaya.
Kesan yang hendak ditebar: "Kami sudah menguasai permasalahan lapangan, kami siap berdebat, dan kami siap memimpin Indonesia."
Perhatikan Sandiaga selalu menutup ujarannya dengan kalimat "Kami, Prabowo-Sandi, jika terpilih maka akan memastikan bahwa ..."
Tapi, dari kinerja Sandiaga dalam Debat Pertama Capres/Cawapres, pujian dan kesan yang disampaikan Prabowo tidak terbukti. Â Sebaliknya, Sandiaga menyampaikan argument/kontra-argumen yang menegasikan ujaran Prabowo.
Saya akan coba jelaskan penegasian itu secara singkat di sini dengan mengungkap masalah pesimisme mikro, kredibilitas, dan etika pada kinerja debat Sandiaga.
Masalah Pesimisme Mikro
Dari awal cawapres Sandiaga sudah menggunakan pendekatan "pesimisme mikro" untuk melawan "optimisme makro" Presiden/capres Jokowi.
Contoh viral, ketika Jokowi menyatakan bahwa inflasi terkendali, maka Sandiaga menyanggah dengan isu hiper-mikro "Rp 100,000 bisa beli apa" dan "tempe setipis kartu ATM". Â
Dengan isu itu Sandiaga hendak bilang, "Jokowi, Anda salah, harga kebutuhan pokok sudah bikin emak-emak menjerit."
Perhatikan, Sandiaga telah mengambil kesimpulan makro berdasar fakta kualitatif mikro.  Fakta dan "Rp 100,000 bisa beli apa" (cuma bawang dan cabe) dan  "tempe setipis kartu ATM", kesimpulan "inflasi mencekik leher rakyat" (emak-emak menjerit).  Kesimpulan, inflasi tinggi.