Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Masalah Sandiaga: Pesimisme Mikro, Kredibilitas, dan Etika

31 Januari 2019   12:01 Diperbarui: 31 Januari 2019   12:10 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: wartaekonomi.co.id

Pujian capres Prabowo atas prestasi Sandiaga telah mengunjungi 1,000 titik lokasi di negeri ini ternyata dinegasikan cawapresnya itu sendiri.

Dengan pujian itu Prabowo hendak mengabarkan kepada khalayak bahwa, dari kunjungan ke 1,000 titik lokasi itu, Sandiaga sudah mendapatkan pengetahuan dan pemahaman tentang masalah-masalah riil pembangunan sosial, ekonomi, politik, dan budaya.

Kesan yang hendak ditebar: "Kami sudah menguasai permasalahan lapangan, kami siap berdebat, dan kami siap memimpin Indonesia."

Perhatikan Sandiaga selalu menutup ujarannya dengan kalimat "Kami, Prabowo-Sandi, jika terpilih maka akan memastikan bahwa ..."

Tapi, dari kinerja Sandiaga dalam Debat Pertama Capres/Cawapres, pujian dan kesan yang disampaikan Prabowo tidak terbukti.  Sebaliknya, Sandiaga menyampaikan argument/kontra-argumen yang menegasikan ujaran Prabowo.

Saya akan coba jelaskan penegasian itu secara singkat di sini dengan mengungkap masalah pesimisme mikro, kredibilitas, dan etika pada kinerja debat Sandiaga.


Masalah Pesimisme Mikro

Dari awal cawapres Sandiaga sudah menggunakan pendekatan "pesimisme mikro" untuk melawan "optimisme makro" Presiden/capres Jokowi.

Contoh viral, ketika Jokowi menyatakan bahwa inflasi terkendali, maka Sandiaga menyanggah dengan isu hiper-mikro "Rp 100,000 bisa beli apa" dan "tempe setipis kartu ATM".  

Dengan isu itu Sandiaga hendak bilang, "Jokowi, Anda salah, harga kebutuhan pokok sudah bikin emak-emak menjerit."

Perhatikan, Sandiaga telah mengambil kesimpulan makro berdasar fakta kualitatif mikro.  Fakta dan "Rp 100,000 bisa beli apa" (cuma bawang dan cabe) dan  "tempe setipis kartu ATM", kesimpulan "inflasi mencekik leher rakyat" (emak-emak menjerit).  Kesimpulan, inflasi tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun