Selama pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) dijumpai beragam permasalahan yang terjadi saat proses pembelajaran berlangsung. Salah satunya yaitu rendahnya kemampuan berpikir kritis peserta didik yang ditandai dengan beberapa hal. Pertama, kondisi kelas terlihat pasif karena kurangnya respon peserta didik pada saat guru melakukan tanya jawab. Kedua, peserta didik hanya sekedar merekam apa yang disampaikan guru di depan kelas, sehingga tidak bisa menjawab pertanyaan lain yang disajikan dengan kalimat yang berbeda. Ketiga, peserta didik hanya menghafal materi pelajaran saja, sehingga tidak memahami konsep secara mendalam.
Kasus tersebut penting untuk segera dilakukan upaya tindak lanjut karena dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila memiliki karakteristik siswa yang mampu berpikir secara kritis, aktif, dan kreatif. Dengan demikian, siswa belajar untuk memecahkan masalah serta mencari solusi secara tepat dan mendasar. Upaya peningkatan kemampuan berpikir kritis juga bertujuan untuk memberikan pemahaman bagi siswa bahwa materi pembelajaran Pendidikan Pancasila bukan hanya untuk sekedar dihafalkan tetapi juga untuk dimengerti dan dikembangkan.
Peran saya dalam mengatasi permasalahan tersebut yakni dengan merancang pembelajaran dengan model guided inquiry yang dimulai dari identifikasi masalah dengan mendiagnosis kebutuhan belajar siswa, menyususn perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan refleksi pembelajaran. Dalam pelaksanaannya melibatkan guru pamong, wali kelas, dan rekan sejawat. Sebagai persiapan awal, perangkat pembelajaran dikonsultasikan kepada guru pamong untuk meminimalisir risiko kesalahan agar tujuan pembelajaran tercapai. Sedangkan wali kelas berperan sebagai sumber informasi terkait kondisi peserta didik.
Dalam hal ini, teman sejawat berperan sebagai observer dan memberikan perspektif alternatif sebagai masukan dalam proses pembelajaran selanjutnya. Tantangan dan hambatan yang dihadapi yaitu : 1) diperlukan usaha ekstra dalam pembuatan media puzzle games, dikarenakan saya merancang puzzle secara manual mulai dari mencari gambar, mencetak puzzle dalam bentuk stiker, hingga memotongnya menjadi kepingan puzzle yang nantinya akan disusun oleh siswa; 2) implementasi guided inquiry membutuhkan waktu yang cukup, dikarenakan guru harus terlibat secara maksimal dalam membimbing peserta didik; 3) harus memastikan bahwa setiap siswa dapat berpartisipasi aktif, berkolaborasi, dan berkontribusi secara merata dalam proses pembelajaran. Berdasarkan permasalahan yang ditemukan selama praktik mengajar alternative solusi yang saya lakukan yaitu menerapkan model pembelajaran guided inquiry dengan media puzzle games untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila kelas XE2 di SMA N 4 Yogyakarta.
Langkah nyata yang dilakukan adalah; Pertama, dimulai dengan mengidentifikasi masalah melalui observasi pengamatan di dalam kelas. Kedua, menganalisis kebutuhan peserta didik berdasarkan data observasi yang telah dilakukan. Ketiga, merancang pembelajaran termasuk pemilihan model pembelajaran guided inquiry dengan penggunaan media puzzle games. Rencana pembelajaran disusun secara terstruktur dengan mencangkup pembuatan modul ajar, bahan ajar, media ajar, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) serta asesmen yang tepat. Keempat, pengimplementasian model pembelajaran guided inquiry dengan media puzzle games. Setelah diberi pemahaman awal terkait materi pembelajaran, kelas dibagi menjadi 9 kelompok yang saling bekerja sama melaksanakan serangkaian kegiatan dengan model pembelajaran guided inquiry melalui media puzzle game.
Setiap kelompok menerima satu amplop berisikan kepingan puzzle dan LKPD sesuai nomor amplop yang didapatkan berdasarkan hasil spin. Susunan puzzle tersebut adalah clue guna menyelesaikan LKPD yang diberikan. Kelima, setiap kelompok melakukan presentasi disertai tanya jawab dari kelompok lainnya. Keenam, melakukan monitoring dan evaluasi pembelajaran yang dilakukan secara berkesinambungan, teknik penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui post test dan LKPD, penilaian keterampilan melalui presentasi, tanya jawab, dan refleksi peserta didik. Hasil evaluasi digunakan untuk memberikan umpan balik kepada peserta didik dan sebagai bahan evaluasi pada pembelajaran berikutnya.