Di balik gemerlap malam dan sunyinya lorong-lorong yang dilalui dalam diam, ada satu nama yang mencuat dari dunia gelap yang jarang dibicarakan secara terbuka: Gwyneth Montenegro. Seorang perempuan yang menghabiskan 12 tahun hidupnya sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK), dan kini memilih untuk bersuara---bukan untuk mencari sensasi, melainkan untuk menyampaikan sebuah kebenaran tentang hubungan manusia yang begitu dalam dan rumit.
Kisah Gwyneth bukan sekadar statistik yang mengejutkan---lebih dari 10.000 pria telah ia layani sepanjang kariernya. Namun, angka hanyalah permukaan. Di balik itu, ada pengalaman batin yang luar biasa kompleks. Gwyneth tidak serta-merta memilih menjadi PSK karena ketertarikan atau ambisi. Ia memulainya setelah mengalami trauma berat: pelecehan seksual yang dilakukan oleh sekelompok pria saat ia masih sangat muda.
Dunia tidak memberinya waktu untuk pulih. Alih-alih mendapatkan perlindungan, ia malah tersesat dalam dunia yang menurutnya "mematikan emosi." Dunia di mana tubuh dijadikan alat tukar, dan perasaan dikunci rapat agar tidak hancur.
Namun, Gwyneth bertahan. Dan lebih dari itu---ia mengamati.
Sebuah Dunia yang Membuka Mata
Dari ribuan pria yang ia temui, dari percakapan singkat sebelum dan sesudah 'transaksi', Gwyneth menemukan satu benang merah yang menyatukan mereka. Dalam bukunya yang berjudul 10,000 Men and Counting, ia tidak hanya menceritakan kisahnya, tetapi juga membagikan hasil perenungan yang mengagetkan banyak orang---terutama para istri.
Mengapa suami mereka "jajan" di luar, padahal di rumah punya istri yang cantik dan setia?
Jawaban Gwyneth bukan tuduhan, bukan pula pembenaran. Ia menyampaikan bahwa kebanyakan pria tidak mencari seks semata. Mereka mencari perasaan diinginkan.
"Bukan posisi atau variasi yang mereka cari. Tapi momen ketika seorang wanita dengan penuh hasrat menginginkan mereka. Pria ingin merasa dibutuhkan. Diinginkan. Dipandang sebagai sosok penting, bukan sekadar 'suami'." --- Gwyneth Montenegro
Pernyataan ini membuat banyak perempuan tersentak. Tidak sedikit yang menuduh Gwyneth sebagai pemicu keretakan rumah tangga. Tapi banyak pula yang justru tersadar: komunikasi, koneksi emosional, dan penghargaan terhadap pasangan sering kali hilang dalam rutinitas rumah tangga.