Naya selalu percaya bahwa hidup ini seperti kanvas. Setiap manusia membawa warna-warnanya sendiri. Ada yang merah menyala, penuh gairah dan keberanian. Ada yang biru teduh, menyimpan dalamnya samudera ketenangan. Ada yang kuning terang, membawa ceria dan kehangatan. Naya pun punya warnanya sendiri, meski butuh waktu lama baginya untuk benar-benar mengerti apa warna itu.
Sejak kecil, Naya tumbuh dengan kegemaran mengamati. Ia tidak banyak bicara, tidak suka menjadi pusat perhatian. Teman-temannya menyebutnya pendiam, bahkan terlalu diam. Tapi diam Naya bukan tanpa isi. Ia mendengar, memperhatikan, dan menyerap. Ia percaya setiap hal memiliki warnanya sendiri: tawa temannya berwarna jingga, nasihat ibunya berwarna hijau, bahkan keheningan malam baginya berwarna ungu pekat.
Namun, ketika ia remaja, Naya mulai merasa bingung. Banyak orang mengatakan padanya bahwa ia harus menjadi "cerah"---harus berani tampil, harus aktif, harus "berwarna-warni". Ia pun mencoba: mengikuti organisasi, bergaul dengan banyak teman, memakai pakaian cerah, memaksa dirinya menyesuaikan dengan warna-warna orang lain.
Tapi setiap kali pulang ke kamar, menatap dirinya di cermin, Naya merasa ada sesuatu yang tidak sejalan. Seakan ia sedang mengenakan mantel warna yang bukan miliknya. Indah memang, tetapi tidak menenangkan.
Pertemuan dengan Biru
Suatu sore, ketika Naya duduk di tepi sungai yang membelah desanya, ia melihat seorang perempuan tua sedang melukis. Kanvas kecilnya dipenuhi warna biru yang berlapis-lapis: biru muda, biru laut, biru senja. Naya duduk di sampingnya, terpesona.
"Kenapa biru semua, Nek?" tanya Naya akhirnya.
Perempuan itu tersenyum, keriput di wajahnya mengembang lembut. "Karena biru yang menenangkan saya. Warna lain indah, tapi biru membuat napas saya utuh."
Naya terdiam. Kata-kata itu menusuknya pelan. Ia pun memandang sungai yang mengalir dengan riak kecil, memantulkan langit senja. Tiba-tiba ia merasa seolah-olah biru itu berbicara padanya. Ada sesuatu yang damai di sana, seperti pelukan tanpa suara.
Hari itu, Naya pulang dengan dada yang lebih ringan.
Perjalanan Mencari Warna