Ada satu kata sakti andalan orang tua ketika menasehati anaknya yang sedang kesusahan. Misal nih kita sudah mengirim lamaran pekerjaan kepada lebih dari seratus lowongan pekerjaan dan tak satupun yang diterima. Lantas kita merasa frustasi dan kesal lalu mengadukan kepada orang tua, kira-kira apa yang akan mereka ucapkan?
Ya, tidak lain dan tidak bukan pasti orang tua akan mengawali nasehatnya dengan kata kira-kira begini "Sabar ya nak, mungkin belum rejekimu. Pasti suatu saat  kamu akan berhasil memperoleh kerja. Sabar dulu, jangan putus asa". Dalam hati biasanya kita bergumam, ngomong doang sih gampang, tapi yang menjalani ini lho tidak gampang.
Mengucapkan dan meminta orang lain bersabar atas kondisi dan nasib yang yang mereka alami, hadapi dan rasakan memang gampang. Tetapi seseorang yang diminta bersabar perlu usaha keras untuk memunculkan kesabaran atas kondisi buruk yang dialaminya. Kalaupun tidak benar-benar sabar, minimal menekan rasa amarah dan tidak berputus asa.
Terus terang terkadang saya berada pada posisi mensehati orang lain untuk sabar. Namun terkadang saya juga seringkali dinasehati oleh orang lain untuk sabar. Jadi berbicara tentang sabar, terkadang kita memilikinya, bahkan berlebih. Pada situasi dan kondisi berbeda, sering juga kita kehilangan kesabaran.
Dalam Surat Al Baqarah ayat 155 Allah SWT berfirman "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar."
Rasulullah juga pernah mengatakan (HR Muslim) "Jika mau sabar, bagimu surga."
Mencegah Keburukan
Sabar akan mencegah seorang manusia berputus asa dari rahmat Allah, seburuk apapun kondisi hidupnya. Seorang manusia yang putus asa tidak akan lagi bisa mendengar hati nurani dan akal sehatnya dalam bertindak. Pikiran pusing dan gelap mata akan membuat orang berbuat nekat menghalalkan segala cara untuk keluar dari kondisi buruk yang dialaminya.
Bisa jadi dia akan berbuat kejahatan, membunuh, merampok atau bahkan bunuh diri. Namun adanya kesabaran, akan menjaga keimanannya untuk tetap berprasangka  bahwa yang Maha Kuasa pasti akan datang memberi pertolongan.
Yakinlah, bahwa apa-apa yang diberikan Allah SWT setelah manusia berusaha  adalah skenario terbaik yang hanya perlu dijalani, disyukuri dengan penuh kesabaran. Allah bisa menguji hambanya dengan kesenangan, kemewahan, ketakutan, kelaparan dan juga kemiskinan. Hanya manusia yang sabar akan memperoleh kegembiraan pada akhirnya.