Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menemukan Titik Balik

19 Februari 2024   23:57 Diperbarui: 20 Februari 2024   00:03 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: koleksi pribadi

Pada tahun 1994, saat baru masuk SMA di Catur Wulan 1, saya berkelahi dengan kakak kelas siswa kelas 3. Akibat perkelahian yang dilakukan sepulang sekolah di jalanan depan SMA, esok harinya saya dan kakak kelas tersebut dipanggil ke ruangan BP (Bimbingan dan Penyuluhan). Ruangan BP selalu identik dengan siswa bermasalah, entah sering telat, merokok, pemalak, atau kenakalan lain seperti berkelahi.

Dalam ruangan itu kami berdua mendapat bimbingan dari guru BP, tepatnya dimarahi karena telah berkelahi. Kami diinterogasi asal muasal penyebab perkelahian tersebut. Mau tidak mau kami berpendapat dan melakukan pembenaran menurut versi kami masing-masing.

Keesokan harinya orang tua yang diwakili oleh Bapak masing-masing siswa diundang ke sekolah untuk menghadap guru BP. Bapak-bapak kami mendapat cerita dari guru BP mengenai perkelahian yang terjadi. Tak lupa Guru BP menitipkan pesan agar orang tua kami masing-masing bisa lebih perhatian dan menjaga anaknya.

Rangkaian persidangan oleh guru BP berakhir dengan pembuatan pernyataan di atas materai oleh kami berdua yang berkelahi. Pernyataan tersebut berisi janji untuk tidak mengulangi lagi perbuatan tersebut, dan apabila di kemudian hari terjadi lagi maka sanggup untuk dikeluarkan dari sekolah. Merupakan beban berat bagi saya ketika menandatangani pernyataan tersebut. Saya merasa tidak siap jika harus keluar dari sekolah negeri paling favorit di daerah kami.

Walhasil, selama kurang lebih tiga tahun setelah penandatanganan pernyataan tersebut, saya menjalani masa-masa sekolah SMA sebagai anak baik. Saya takut jika berbuat kenakalan atau perkelahian lagi akan menyebabkan diri ini dikeluarkan dari sekolah. Sukseslah saya menjadi anak baik sampai lulus SMA akibat pernyataan kepatuhan di atas materai tersebut.

Ada pula cerita tentang teman saya yang ketahuan bermain api dengan wanita lain oleh istrinya. Dalam hubungan yang tidak halal itu akhirnya terjadi prahara dalam kehidupan rumah tangganya. Hingga singkat cerita akhirnya teman saya lebih memilih melanjutkan kehidupan rumah tangga dengan istrinya dan melepaskan perasaannya pada wanita lainnya itu.

Semenjak prahara rumah tangga berhasil dilewatinya, teman saya semakin bisa melihat sisi lain kebaikan-kebaikan istrinya yang mungkin selama ini tertutup dari pandangannya. Pun istrinya jadi lebih perhatian dan seringkali "mengabsen" teman saya dimanapun berada. Barangkali lebih baik melindungi diri dan keluarga dengan banyak pagar dan perlakuan daripada terjerumus ke dalam kesesatan.

Sampai hari ini kehidupan rumah tangga teman saya berjalan dengan sangat baik. Rasa sayang dan perhatian terhadap istri dan anak-anaknya dari waktu ke waktu semakin meningkat. Prahara yang terjadi di masa lalu bukan lantas menghambat langkah hidupnya, justru bagai jalan terang yang menyinari jalannya ke masa depan.

Banyak orang seringkali mengutuk dan bersumpah serapah atas kejadian buruk yang dialaminya. Padahal tidak ada satu kejadian pun yang Allah SWT turunkan melainkan ada pelajaran untuk manusia ambil hikmahnya. Bukankah apa yang diputuskan oleh sang Pencipta adalah sesuatu yang paling baik bagi seorang manusia.

Banyak orang pada suatu momen mengalami peristiwa yang menjadi titik balik dalam hidupnya menjadi manusia yang lebih baik. Orang-orang ini adalah manusia yang beruntung, karena bisa mengambil pelajaran dari peristiwa dan masalah yang dihadapinya. Meskipun tidak mudah, dengan kesabaran, keikhlasan dan keyakinan, insya Allah kita bisa menjadi seperti mereka. Mari jadikan semua peristiwa yang kita alami sebagai titik balik dan pelajaran agar menjadi manusia yang lebih baik dari waktu ke waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun