Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pamer Kebaikan

11 September 2020   10:33 Diperbarui: 11 September 2020   10:30 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dia kagak ingat apa dulu jaman susah sering kubantu. Dia lapar aku belikan makanan. Dia kagak punya duit, aku pinjemin" adalah kalimat-kalimat yang tanpa sadar kadang terlontar dari mulut manusia. Berapa kali dalam hidup kita pernah mengucapkan kalimat-kalimat seperti itu dan yang sejenisnya? Barangkali pernah, mungkin ada juga sedikit di antara kita yang tidak pernah berucap seperti itu.

Mengungkit perbuatan baik, pertolongan yang kita berikan pada orang lain di masa lalu menjadi hal yang jamak orang lakukan ketika sedang jengkel, sebel, marah, atau benci dengan seseorang yang pernah kita tolong. Ada juga orang yang hobinya bercerita tentang bantuannya pada orang lain tanpa didorong adanya permasalahan dengan orang tersebut, karena memang pamer sudah menjadi kebiasaannya.

Banyak orang lulus ujian kesabaran dalam menjalani kesusahan hidup. Orang diberikan hidup yang sangat susah, banyak yang masih bisa bertahan dan sabar dengan keadaan tersebut. Tidak bisa makan rutin tiap hari, atau hari ini makan, besok puasa banyak saudara-saudara kita yang terbiasa dengan keadaan tersebut. Namun mereka masih ingat Tuhan dalam doa-doa dan solat-solat mereka dengan senantiasa bersabar menjalani kesusahan hidup tersebut.

Beda halnya dengan ujian kesabaran, ujian keikhlasan lebih banyak orang yang mengalami kegagalan. Ujian keikhlasan itu membentang dari saat kita berbuat baik atau menolong orang lain hingga ajal menjemput kita. Sementara ujian kesabaran biasanya membentang dengan periode waktu yang lebih pendek, dalam momen tertentu saja.

Seringkali keikhlasan kita  gagal setelah bertahun-tahun melakukan suatu kebaikan pada orang lain. Gagalnya pun sesungguhnya karena hal yang sangat sepele karena kita pamer kebaikan. Entah karena kita sedang sebel, marah pada orang yang dulu pernah kita tolong sehingga mengungkit-ungkit kebaikan yang pernah kita berikan, memunculkan perasaan tidak ikhlas di dalam hati.  Bisa juga pamer kebaikan kita ceritakan pada orang lain agar mendapatkan pujian atau penghormatan.

Sesungguhnya kebaikan yang sudah dikerjakan seorang manusia tidak perlu dipamerkan yang malah bisa merusak keikhlasan amalnya. Lakukan kebaikan, lalu lupakanlah, dansegeralah  berpikir untuk melakukan kebaikan-kebaikan lainnya. Janganlah mengingat-ingat kebaikan atau bantuan yang kita berikan pada orang lain, karena tanpa sadar nanti akan menimbulkan nafsu untuk pamer kebaikan.

Jadi kebaikan yang kita berikan pada orang lain hendaknya segera lupakan, namun kita tidak boleh melupakan kebaikan atau bantuan orang lain yang telah kita terima. Lebih baik kita mengingat-ingat keburukan apa yang telah kita lakukan pada orang lain sehingga apabila masih ada waktu bisa meminta maaf dan menggantinya dengan kebaikan. Jangan sisakan ruang pada hati kita untuk pamer kebaikan, tapi munculkanlah bayangan keburukan yang telah dilakukan agar kita bisa berkontempelasi menjadi orang yang lebih baik.

Agar kita meninggalkan hobi pamer kebaikan, ada baiknya direnungkan hadits nabi berikut ini. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan 'ibadah kepada Rabbnya, seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah; mereka tidak bertemu kecuali karena Allah dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang wanita kaya lagi cantik lalu dia berkata, 'Aku takut kepada Allah', dan seorang yang bersedekah dengan menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, serta seorang laki-laki yang berdzikir kepada Allah dengan mengasingkan diri hingga kedua matanya basah karena menangis." (HR. Bukhari No. 620)

MRR, Jkt-11/09/2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun