Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

8 Tips Hidup Bahagia & Sejahtera dalam Ajaran Buddha

19 Februari 2014   03:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:41 9003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Jika seseorang ditanya: “Apakah tujuan hidup anda?”, umumnya ia akan menjawab secara singkat: “Ingin hidup bahagia dan sejahtera.” Demikianlah, semua orang di dunia ini umumnya menginginkan kebahagiaan dan kesejahteraan. Sebagai salah satu pedoman kehidupan manusia, ajaran agama di dunia ini juga mengajarkan jalan menuju kebahagiaan dan kesejahteraan bagi para praktisinya, tak terkecuali ajaran Buddha.

Tujuan utama ajaran Buddha adalah kebahagiaan dan kesejahteraan yang melampaui duniawi (Nibbana), namun bukan berarti Sang Buddha tidak mengajarkan jalan menuju kebahagiaan dan kesejahteraan duniawi. Dhamma yang diajarkan Sang Buddha bersifat universal yang juga bertujuan pada kebahagiaan yang bisa dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, untuk para umat awam yang masih menginginkan kebahagiaan dan kesejahteraan yang terlihat dalam kehidupan saat ini dan yang akan datang, Sang Buddha mengajarkan beberapa tips bagi kita agar dapat menjalani kehidupan yang bahagia dan sejahtera lahir dan batin. Ini adalah 8 hal yang perlu diperhatikan dan dijalankan dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai umat awam:

1. Bekerja dan berusaha dengan tekun dan gigih

Tak diragukan lagi syarat pertama untuk hidup bahagia adalah bekerja dan berusaha, yaitu menjalankan mata pencaharian yang baik dengan tekun dan gigih. Bagi yang bekerja sebagai pegawai atau karyawan, ini berarti ia bekerja dengan baik sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya, tidak melalaikan kewajibannya sebagai pegawai atau karyawan, dan memiliki inisiatif dalam bekerja sehingga apa pun pekerjaan yang diberikan atasan dapat diselesaikan dengan baik. Bagi yang memiliki usaha sendiri, ia seharusnya memiliki kemampuan mengatur dan mengelola usahanya dengan baik.

Dengan bekerja dan berusaha secara tekun dan gigih, tidak hanya seseorang memperoleh hasil yang maksimal, tetapi juga mencapai kepuasan batin dalam melakukan pekerjaan atau usahanya tersebut.

2. Menjaga dan melindungi kekayaan yang telah diperoleh

Setelah bekerja dengan tekun dan gigih sehingga berhasil mengumpulkan harta kekayaan yang mencukupi, hal yang tak kalah pentingnya adalah menjaga dan melindungi kekayaan tersebut agar terhindar dari kehilangan yang disebabkan oleh penyitaan oleh negara (karena tidak membayar pajak atau melakukan korupsi misalnya), pencurian atau perampokan, musibah dan bencana alam, dan pewaris yang tidak dapat mengembangkannya (misalnya suka berfoya-foya saja).

3. Menjalin persahabatan yang baik

Manusia adalah makhluk sosial dan tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang. Di mana pun dan kapan pun kita berada, kita selalu berhubungan dengan orang-orang di sekitar kita. Salah satunya yang paling dekat dengan kita disebut para sahabat. Namun tidak semua orang bisa dijadikan sahabat baik, seperti mereka yang tamak dan serakah, banyak bicara tetapi tidak berbuat apa-apa, suka menyanjung alias penjilat, dan suka berfoya-foya. Mereka yang suka membantu, selalu ada di saat senang dan susah, menunjukkan jalan yang benar, dan selalu bersimpati adalah orang-orang yang dapat diandalkan sebagai sahabat baik.

Selain itu, dengan bergaul dengan para sahabat yang berperilaku dan bermoral, berkeyakinan yang baik, dermawan, dan bijaksana, seseorang juga berusaha untuk meneladani mereka dalam kebajikan-kebajikan tersebut. Dengan demikian, ia tidak hanya mendapatkan sahabat baik, melainkan juga memberikan persahabatan yang baik bagi para sahabatnya sehingga dapat mendatangkan lebih banyak sahabat-sahabat baik lainnya. Maka ini akan membuat seseorang hidup lebih bahagia daripada hidup berkelimpahan harta namun tanpa seorang sahabat pun.

4. Seimbang dalam pemasukan dan pengeluaran

Selain dapat menjaga dan melindungi hasil keringatnya sendiri dengan baik, maka seseorang juga harus mampu menjaga keseimbangan antara pemasukan dan pengeluarannya. Ia tidak boros dalam pengeluarannya, tetapi juga tidak pelit. Ia pandai mengatur pengeluarannya berdasarkan pemasukan yang diterima sehingga tidak besar pasak daripada tiang.

Terdapat suatu tips pengeluaran yang baik secara Buddhis, yaitu dari empat bagian pemasukan atau penghasilan seseorang, ia dapat menggunakan satu bagian untuk dinikmati sepuasnya, dua bagian untuk mengembangkan pekerjaan dan usahanya (sebagai modal usaha misalnya), dan satu bagian sisanya untuk ditabung sehingga dapat digunakan untuk keperluan mendadak.

Untuk menjaga agar pengeluaran tidak terbuang percuma, seseorang juga perlu menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan merosotnya kekayaan, yaitu suka minum minuman keras dan ketagihan obat-obatan terlarang, berkeliaran di jalanan pada waktu yang tidak pantas, mengunjungi tempat-tempat hiburan dan bermain perempuan, berjudi, pergaulan yang salah, dan kemalasan.

Hanya dengan memenuhi dan menjalankan empat tips di atas sudah dapat menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupan duniawi yang dapat dinikmati saat ini, namun sebagai seorang Buddhis empat tips berikutnya juga seharusnya dilaksanakan untuk memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupan spiritual baik pada saat ini maupun yang akan datang.

5. Memiliki keyakinan

Keyakinan adalah landasan utama dalam kehidupan spiritual Buddhis. Dalam hal ini seseorang memiliki keyakinan terhadap Buddha sebagai guru junjungan agung semua makhluk yang telah tercerahkan sempurna, Dhamma sebagai pedoman utama dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, dan Sangha sebagai suri teladan dalam mempraktekkan ajaran Buddha tersebut. Dengan keyakinan yang demikian, ia berlindung kepada Sang Tiratana dalam pengertian yang benar, yaitu:

(a) Berlindung kepada Buddha dengan meneladani sifat belas kasih dan kebijaksanaan agung Beliau dalam kehidupan sehari-harinya.

(b) Berlindung kepada Dhamma dengan mempelajari dan mempraktekkan ajaran Sang Guru hingga merasakan manfaat nyatanya dalam kehidupan sehari-hari.

(c) Berlindung kepada Sangha dengan meneladani para siswa mulia Sang Buddha sebagai panutan praktek Dhamma dalam kehidupan sehari-hari (sesuai dengan kapasitas kita sebagai umat awamnya tentunya).

6. Berperilaku baik dan bermoral

Seseorang berperilaku baik dan bermoral dengan menjalankan lima pelatihan moral bagi umat awam Buddhis, yaitu menghindari pembunuhan, pencurian, hubungan seksual yang salah (berzinah, berselingkuh, dan berbuat asusila), ucapan tidak benar, serta ketagihan minuman keras dan obat-obatan terlarang. Tidak hanya menghindari perbuatan-perbuatan buruk ini, ia juga melakukan perbuatan-perbuatan baik dengan mengembangkan cinta kasih terhadap kehidupan semua makhluk, menghargai dan menjaga kepemilikan orang lain, menghormati dan menjaga keharmonisan hubungan pasangan, mengembangkan kejujuran dan integritas diri, serta menjaga kewaspadaan dan kesadaran setiap saat. Inilah yang disebut sempurna dalam perilaku dan moralitas yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan pada kehidupan saat ini dan kehidupan mendatang.

7. Dermawan dan suka menolong

Seorang yang dermawan berarti ia tidak kikir dan pelit, suka memberi dan berbagi baik kepada yang membutuhkan maupun untuk melepas keterikatan pada kepemilikan pribadi. Ia juga suka membantu mereka yang sedang dalam kesulitan tanpa diminta dan tanpa mengharapkan pamrih. Kebahagiaan yang diperoleh dari memberi dengan melepas dan membantu dengan kerelaan ini tidak ternilai harganya dibandingkan kebahagiaan-kebahagiaan dari pencapaian duniawi mana pun.

8. Bijaksana

Untuk hidup bahagia, tidak cukup hanya menjadi orang baik saja, tetapi juga harus bijaksana dalam menghadapi berbagai permasalahan dan realita kehidupan yang pelik di dunia ini. Ini bukan sekedar kebijaksanaan dalam menyelesaikan masalah-masalah kehidupan yang diperoleh melalui pengetahuan dan pengalaman hidup, melainkan kebijaksanaan dalam memandang berbagai fenomena kehidupan yang timbul dan lenyap sebagaimana adanya, yang tidak kekal, tidak memuaskan dan bukan diri. Kebijaksanaan ini diperoleh melalui pengembangan batin secara meditatif terhadap semua fenomena kehidupan sehingga tercapailah kebahagiaan dan kesejahteraan sejati yang melampaui semua jenis kebahagiaan dan kesejahteraan yang ada di dunia.

Inilah delapan tips untuk meraih kebahagiaan dan kesejahteraan sebagai mereka yang masih menggeluti kesibukan duniawi. Namun demikian, jika kedelapan poin di atas dijalankan dengan sempurna, tidak hanya kebahagiaan dan kesejahteraan duniawi seperti kekayaan dan kemakmuran serta kenikmatan dan kepuasan indera yang ia peroleh, tetapi juga kebahagiaan dan kesejahteraan spiritual di saat ini dan masa yang akan datang.

Sumber:

1. Dighajanu Sutta (Anguttara Nikaya 8.54)

2. Sigalovada/Sigalaka Sutta (Digha Nikaya 31)

(Tulisan ini adalah artikel yang dibuat penulis untuk salah satu majalah Buddhis lokal pada tahun 2013 yang lalu)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun