Malam itu, bumi perkemahan di Rajabasa mulai diselimuti kabut tipis. Udara dingin menyusup perlahan ke sela-sela tenda yang baru saja berdiri. Dari kejauhan, cahaya lampu petromaks bergoyang tertiup angin, sementara suara jangkrik berpadu dengan desir dedaunan membuat suasana terasa syahdu namun penuh tantangan.
Regu putra dan regu putri dari Gugus Depan MTsN 1 Bandar Lampung duduk melingkar di sekitar api unggun kecil. Bau asap kayu terbakar memenuhi udara, membuat beberapa anak terbatuk kecil sambil mengipas-ngipas wajahnya. Namun, rasa lelah setelah seharian mendirikan tenda dan menata peralatan kini terbayar oleh kehangatan kebersamaan.
"Keren ya, kalau malam gini suasananya beda banget," ujar Bintang Al-Ghifari sambil menatap langit penuh bintang. Cahaya bulan seolah menemani semangat mereka yang masih menyala.
"Iya, tadi pas survei kapling, kelapa yang kita temuin bener-bener seger banget," timpal Adit, sambil mengingat momen mereka menebas kelapa muda dan meneguk airnya yang manis.
Di sisi lain, Kak Winarno bersama para pendamping---Kak Rafiqa, Kak Abu, Kak Tugiyo, Kak Alvin, dan Kak Zulizar---mengamati anak-anak dengan senyum bangga. Mereka memastikan semua peserta menikmati proses ini: belajar kerja sama, saling membantu, dan melatih kemandirian. Sesekali, Kak Rafiqa mengingatkan anak-anak putri untuk merapikan perlengkapan, sementara Kak Alvin membantu anak-anak putra memperkuat simpul tenda.
Setelah malam semakin larut, satu per satu peserta mulai masuk ke dalam tenda. Suara bisikan kecil terdengar di antara kain tenda: ada yang masih membicarakan pengalaman hari itu, ada juga yang tertawa kecil mengingat tingkah kawan-kawannya saat mengupas kelapa. Hingga akhirnya, bumi perkemahan itu benar-benar hening, hanya suara serangga malam yang setia menemani.
Keesokan harinya, setelah menyelesaikan persiapan dan meninggalkan lokasi buper, regu putra mendapat kesempatan untuk singgah sebentar di sebuah toko perlengkapan pramuka. Bau khas toko yang penuh dengan seragam baru, peluit, dan tali tambang memenuhi indera penciuman mereka. Mata mereka berbinar melihat rak-rak penuh tanda topi, buku saku, hingga bendera kecil yang berwarna-warni.
"Wah, Kak... beli tali tambahan, ya. Buat jaga-jaga kalau nanti ada yang putus," pinta Rizky Fathian Rizal.
"Peluit juga, Kak. Siapa tau butuh buat kode waktu kegiatan nanti," tambah Ramadhani Aldiansah sambil tersenyum lebar.
Suasana di dalam toko terasa riuh, penuh antusiasme. Mereka saling memilih barang, bercanda, hingga akhirnya Kak Abu dan Kak Tugiyo mengingatkan agar segera kembali ke mobil karena hari sudah mulai sore.