Mohon tunggu...
Anto Mohsin
Anto Mohsin Mohon Tunggu... Dosen -

Sebelumnya kuliah dan bekerja di AS. Sekarang mengajar di Qatar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apa yang Dipertaruhkan dalam Pilpres 2014?

9 Juli 2014   14:25 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:52 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apa sih yg dipertaruhkan dalam pilpres 2014 kali ini?

Bagi Prabowo: Segalanya.  Ini kesempatan yg sudah lama dia tunggu2 dan persiapkan sejak setidaknya 10 thn lalu utk rebut kursi RI-1. Dia coba ikut konvensi Partai Golkar di tahun 2004 tapi gagal. Terus buat Partai Gerindra dan coba ikutan pilpres tahun 2009 dengan Megawati. Untuk meyakinkan dirinya kalau dia masih punya kans berikutnya kalau gagal lagi (kali itu pemilihan utk masa jabatan kedua bagi SBY), dia dan Megawati buat perjanjian Batu Tulis. Boleh dibilang keambiusan Prabowo sudah terlihat sejak dia berkarir di TNI karena dia sepertinya yakin punya kemauan, keahlian, dan koneksi yang layak untuk jadi pemimpin nomor satu di republik.  Saya pikir dia juga mungkin terinpirasi dan termotivasi oleh rekan baiknya Raja Jordan Abdullah II.

Abdullah dan Prabowo pernah ikut latihan militer di AS dan menurut salah satu pengakuan petinggi tentara AS, mereka berdua adalah dua orang murid asing terbaik. Keduanya juga cukup dekat sampai-sampai Prabowo ngungsi ke Jordan setelah Orba runtuh untuk menenangkan diri sebentar. Kalau Abdullah bisa jadi penguasa negerinya karena dia berdarah biru, Prabowo sepertinya haqul yakin kalau dia bisa jadi presiden di era reformasi lewat proses demokrasi di Indonesia.  Tahun ini dia berhasil melakukan beberapa hal yang mendongkrak namanya.

Partai Gerinda awal tahun 2013 membuka kesempatan untuk orang2 non-partai jadi caleg (walau saya ngga tahu berapa yang disaring dan kepilih lewat pileg April lalu). Ini belum pernah dilakukan partai yang lain. Walau cuman 11 persen suara, Prabowo juga berhasil buat koalisi (Merah Putih) yang menggaet beberapa partai ke kubunya. Untuk menarik Golkar, dia menjanjikan Ical jadi "Menteri Utama" (Walau sebenarnya ngga jelas apa tugas menteri utama ini. Mungkin ngatur menteri-menteri yang lain? Jadi Presiden ngapain dong?).

Tapi yang menarik bukan jumlah partainya atau besarnya koalisi Prabowo. Yang lebih seru adalah orang-orang di koalisi ini yang mengontrol sebagian besar media di Indonesia. Jumlah desa yang dicapai siaran televisi jauh lebih banyak daripada jumlah koran yang sudah masuk desa. Belum lagi minat baca yang masih kecil. Bagi Prabowo menguasai media merupakan strategi penting karena Jokowi merupakan "darling"nya media. Sedangkan di kubu Jokowi penguasa media hanya ada Surya Paloh. Prabowo juga dalam kampanyenya sering bilang kalau ada 150 profesor yang jadi penasihatnya. Ini mau nunjukin kalau dia punya grup "otak" yang membantu dia merumuskan berbagai kebijakan. Strategi lainnya untuk mencoba meyakinkan pemilih. Tapi selain beberapa orang yang namanya muncul di media, saya ngga tau siapa 150 professor ini.

Singkat kata, Prabowo all out untuk menang di pilpres ini. Karena kalau kalah, dia akan sulit untuk jadi capres kuat di tahun 2019.  Selain presiden incumbent nantinya akan berusaha memenangkan masa jabatan kedua, kemungkinan besar akan ada banyak pemain baru saat itu. Namanya kemungkinan besar sudah akan tergeser.

Bagi PDIP: Pilpres kali ini kesempatan bagi PDIP untuk berkuasa lagi setelah 10 tahun jadi oposisi di era reformasi dan bertahun-tahun jadi oposisi di jaman Orba.  PDIP jadi oposisi cukup konsisten walau rekam jejaknya biasa saja. Yang mencolok adalah beberapa kader PDIP yang namanya mencuat ketika kinerja mereka sebagai kepala daerah dapat sorotan media belakangan ini. Sayangnya individu-individu ini tidak selalu didukung oleh partai. Juga sayangnya PDIP sepertinya tidak mampu melihat kesempatan baik ini untuk mendongkrak citra partai. Untuk mencagubkan Jokowi saja, Prabowo harus datang, diskusi, dan sowan dulu ke Megawati. Semuanya menurut saya ya karena itu tadi, penguasa elit PDIP pengennya hanya kursi empuk RI-1. Kemauan gede tapi strategi kecil.

Keinginan PDIP untuk berkuasa lagi terlihat misalnya dari pencalonan Megawati dan Prabowo tahun 2009. Tapi itu gagal. Sepertinya Megawati salah pilih waktu itu. Mungkin kalau sama Jusuf Kalla saat itu ada kemungkinan masuk putaran kedua. Kans cukup bagus. Megawati punya PDIP. Jusuf Kalla punya Golkar. Dan Jusuf Kalla cukup tenar. Sayangya Megawati emoh jadi cawapres. Makanya maju sendiri dengan Prabowo. Tapi ya ini spekulasi saya saja. Akhirnya di awal tahun ini Megawati sadar kalau waktunya sudah selesai. Makanya dia dalam menit-menit terakhir mengusung Jokowi. Diharapkan mendongkrak  raupan suara partai pas pileg. Tapi ternyata hasilnya mengecewakan. Ngga dapat mayoritas. Cuman 19%. Untungnya Jokowi cukup lihai bangun koalisi dengan Nasdem. Jadi cukuplah treshold untuk nyapresin dia. Ada harapan lagi PDIP bakal jadi partai berkuasa.

Bagi Jokowi: Kalau menurut saya, bagi Jokowi pertaruhannya adalah kesempatan untuk mblusuk daerah yg lebih luas lagi dan melakukan perubahan dlm skala nasional bukan hanya propinsi. Bagi Jokowi, dia seperti kecipratan rejeki ketika kesempatan ini kebetulan muncul awal tahun ini (ketika Megawati nyalonin dia).  Kalau Jokowi kalah kecil kemungkinan kesempatan ini bisa terulang lagi di pilpres 2019 dan 2024. Karena belum tentu PDIP akan nyalonin dia lagi nantinya. Megawati yang katanya pendendam bisa jadi bakal kesel kalau Jokowi kalah di pilpres ini dan mutusin untuk cari calon lain utk pilpres 2014 (Puan Maharani misalnya).  Juga bakal ada usaha dari presiden incumbent utk memenangkan masa jabatan kedua di tahun 2019. Perlawanan bakal sengit.

Gimana tahun 2024?  Wah tahun ini aja nama-nama baru yang muncul cukup ramai, apalagi tahun 2024. Banyak orang sedang menunggu giliran mereka. Lihat saja yang merapat ke kedua kubu. Jadi kalau Jokowi ngga kepilih tahun ini, bisa jadi karir politiknya akan berakhir di saat masa jabatannya menjadi Gubernur DKI selesai. OK lah, mungkin dia bisa kepilih lagi jadi Gubernur Jakarta utk kedua kalinya. Dan Jakarta jadi sedikit lebih baik di bawah pemerintahnnya. Tapi Jokowi tahu kalau "Indonesia bukan hanya Jakarta".  Jakarta memang pusat banyak hal. Betul. Tapi itu hanya bagian kecil dari proyek yang namanya Republik Indonesia ini. Dengan kata lain, karir politik Jokowi sangat tergantung pada pilpres kali ini. Apakah dia hanya bakal hanya bisa blusukan di Jakarta atau blusukan se-Indonesia?

Bagi bangsa lndonesia: Saya pikir di pilpres kali pertaruhan terbesar bagi Indonesia adalah masa depan dan jati diri bangsa.  Mengenai "masa depan" maksud saya adalah masa depan sistem demokrasi yang masih ribet, memusingkan, dan mahal ini. Apakah proses demokrasi akan terkonsolidasi? Apakah akan ada peluang bagi orang-orang non-partai untuk turut ikut mengelola negara di kursi pemerintahan?  Apa orang biasa bisa ikut pilkada tanpa menggelontarkan miliaran rupiah? (Kebetulah di Ithaca tempat saya kuliah, walikotanya adalah lulusan S1 yang disokong salah satu partai politik AS. Dia tidak perlu banyak mengeluarkan dana).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun