Gunung Bromo merupakan salah satu destinasi favorit di Jawa Timur, terkenal dengan keindahan landscape -nya dan  keindahan alamnya.  Gunung ini memiliki ketinggian 2.614 meter di atas permukaan laut dan berada dalam empat wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Malang. Gunung ini disebut juga  Kaldera Tengger, gunung dengan lautan pasir sejauh 10 Km persegi. Gunung ini masih aktif diperkirakan interval 30 tahunan meletus dan terakhir  dimana terakhir memuntahkan material laharnya pada tahun 2019. Gunung ini berada di ketinggian 2.614  mdpl dikawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, di Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Malang, Lumajang ,  Jawa Timur
    Wisata disekitar Gunung Bromo tidak hanya soal  melewati lautan pasir  seperti "pasir berbisik" dan mendaki ke Gunung Bromo, cantiknya alam disekitarnya  jangan terlewatkan untk dinikmati  seperti  Gunung Batok, gunung  yang menyerupai tempurung kelapa  diselimuti pepohonan hijau dan sangat kontras  dengan Gunung Bromo, jika matahari sudah terbit sinarnya memancar membuat gunung in semakin cantik dan unik untuk dipandang,  gunung ini juga bisa didaki dengan jalan setapak bukan merupakan gunung berapi dengan ketinggian 2440 mdpl.  Berbeda Gunung Bromom tampak seperti  hanya gundukan tanah berpasir dan batu.
   Menikmati matahari terbit  di sekitaran gunung Bromo sangatlah menjadi favorit destinasi wisatawan, dinginnya udara pagi dan angin yang kencang sering kali tidak menghalangi wisatawan untuk menunggu matahari terbit disekitar Bromo, ada 3 tempat  favorit untuk melihat sunrise yaitu Penanjakan, Bukit Cinta, dan Bukit Kingkong. Untuk mencapai tempat tersebut wisatawan harus berangkat sebelum matahari terbit sekitar jam 3 pagi dari hotel atau penginapan terdekat, jalan menuju tempat tersebut sudah beraspal dan ditambah jalan setapak yang tidak terlalu terjal dan menanjak. Umumnya wisatawan akan melewati dengan sewa Jeep Hartop atau naik kendaran sepeda motor.  Biaya sewa Jeep Rp  500/ jeep bisa diisi 4-5 orang dan  diawali dari sunrise view  di Penanjakan dilanjutkan Pasir Berbisik dan Gunung Bromo, namun harga  bisa berubah tergantung banyaknya destinasi yang dituju.  Jarak dari titik  pos masuk kawasan TNBTS menuju  ke titik Gunung Bromo sekitar 3 Km jika berjalan kaki/joging. seluruh wisatawan haru membeli karcis masuk objek wisata TNBTS  sejak  oktober 2024  dengan harga sebesar WNI :  Rp 54.000 / weekday, Rp 79.000/weekend, WNA: Rp 255.000 ,- dan pembelian bisa dilakukan secara online.Â
   Kali ini penulis mencoba cara lain  untuk menikmati  ke Gunung Bromo dan sekitarnya tanpa mengendarai sepeda motor atau mobil jeep tetapi  dengan running (maksud  sekalian berolahraga pagi).  Perjalanan dimulai  pukul 6 pagi berharap dinginnya angin di Bromo sudah berkurang, suhu  saat itu menunjukkan 17 C,  mencoba jalur trail run disekitaran Gunung Bromo menjadi sebuah hal yang baru, menantang, namun  menyenangkan dan menyehatkan. Perjalanan dari titik pos penjagaan di Cemorolawang, menyusuri jalan aspal dan lautan pasir dengan lari kecil  sejau 2,5  Km namun sesekali berjalan, ternyata  lari di kaldera Bromo cukup berat bagi yang belum terbiasa berlari di pasir, dan  langkahnya kaki menjadi lebih berat jika pasirnya cukup tebal. Perjalanan dilanjutkan mnyusur jalan berbatu sedikit mendaki dengan pemandangan landscape yang sangat indah,  sinar matahari yang mulai menyinari vegetasi disekitar  pepohonan yang tumbuh membuat  per dengan paduan warna  langit yang  saat itu cerah seakan  seperti lukisan alam yang sempurna.  Cuaca serah dengan angin yang cukup kencang tidak menghalangi langkah menuju puncak Bromo (sebaiknya memakai jaket wind braker). Jika wisatawan ada yang  naik kuda maka harus turun sebelum anak tangga.
   Tibalah di jalar setapak menyusuri anak tangga,  jalur  anak tangga  sudah terbagi 2,  jalur kiri untuk yang mendaki dan jalur kanan untuk yang menurun sehingga tidak terjadi berdesakan dan tabrakan.  Para  wisatawan tertib menaiki sekitar 240 - 250 (penulis tidak menghitung secara pasti) anak tangga sesekali berhenti karena yang didepan mengambil foto. Ada beberapa tempat peristirahatan disepanjang anak tangga  sekitar 4 -5 titik, sehingga para pendaki bisa  sejenak melepas lelah sambil menikmati indahnya alam sekitar. Perjalanan sampailah di puncak Gunung Bromo, dan akan terlihat kawah gunung yang lebar dan mengeluarkan  asap berbau belerang, gunung ini memiliki kawah dengan garis tenga 800 m dan 600 m.  Saat itu angin bersahabat dengan kami, sehingga asap dari kawah berseberangan dengan posisi anak tangga dan titik kami berada.  Sejenak disempatkan  mengabadikan momen  dan mengambil sedikit video.Â
    Perjalan pulang  setelah menuri anak tangga, rombongan mengambil arah jalan setapak menuju perbukitan disekitar gunung Bromo, jalan yang jarang dilalui  wisatawan ini cukup terjal, licin dan berbatu, namun sangat menantang untuk rute trail run, rute ini sering dipakai untuk lomba lari  Broder (Bromo desert)  dan Trail Run BTS (bromo  Tengger Semeru),  sesekali  melewati pepohonan dan bunga edelwis yang liar tumbuh disekitaran lembah, debu pasir sudah mulai kencang beterbangan.Â
   Tidak  terasa perjalanan  sudah sekitar  2 jam,  rasanya  belum cukup untuk menikmati  indahnya alam ciptaanNya, manusia hanya bagian kecil dari alam ini,  Tuhan Maha ESa dan Maha Besar atas segala ciptaanNYa.  Namun bagi penulis perjalanan kali ini cukup me-refresh untuk mengobati kejenuhan dari rutinitas  sehari hari.  Bau  tanah,  debu pasir,  pepohonan, dan asap belerang menjadi  aroma therapy yang berpadu dengan kencangnya angin di Bromo seakan bisa merelease hormon endorfin dan serotonin sehingga meskipun perjalanan ini melelahkan  tetapi  membuat bahagia menyelimuti, dan menjadi candu untuk ingin kembali meng -explore Bromo dari sisi yang berbeda.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI