Mohon tunggu...
Moura Putri Setiasih
Moura Putri Setiasih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi membaca buku, menyanyi, bermain alat musik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anak Jalanan, Anak Terbuang?

12 Desember 2022   21:49 Diperbarui: 12 Desember 2022   21:57 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di lingkungan kita seringkali menemui anak-anak jalanan. Tidak sedikit dari mereka masih tergolong anal-anak. Anak jalanan termasuk kategori anak yang tidak berdaya. Secara psikologis, anak jalanan adalah anak-anak yang pada suatu taraf tertentu belum memiliki cukup mental dan emosional yang kuat, sementara mereka harus bergelut dengan dunia jalanan yang keras dan cenderung berpengaruh negatif bagi perkembangan dan pembentukkan kepribadiannya (Mursyid Itsnaini, 2010).

Secara global bisa diperkirakan, bahwa ada sekitar 100 juta anak jalanan di belahan dunia. Sebagian dari mereka adalah anak jalanan yang berusia belasan tahun, tetapi ada juga diantaranya yang berusia dibawah 10 tahun (Edi Suharto, 2007:230). Beberapa hal yang menimbulkan munculnya fenomena anak-anak jalanan, yaitu sejumlah kebijakan makro dalam bidang sosial ekonomi duga menyumbang munculnya fenomena anak jalanan.

Modernisasi, industrialisasi, perpindahan penduduk dan urbanisasi menimbulkan terjadinya perubahan jumlah anggota keluarga dan gaya hidup yang membuat dukungan sosial dan perlindungan terhadap anak menjadi berkurang. Terjadinya kekerasan dalam keluarga menjadi latar belakang penting yang menyebabkan anak keluar dari rumah dan mengalami tekanan ekonomi.

Terkait permasalahan ekonomi sehingga anak terpaksa ikut membantu orang tuanya dalam memenuhi kebutuhan hidup dengan berkerja dijalanan. Orang tua "mengaryakan" sebagai sumber ekonomi keluarga pengganti peran yang seharusnya dilakukan orang dewasa (Syahrudin, Maulana, 2014). Sebenarnya terdapat banyak faktor yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam kehidupan di jalanan.

Misalnya kesulitan keuangan keluarga, ketidakharmonisan dalam keluarga, dan maslaah khusus yang menyangkut hubungan anak dengan orang tua. Kombinasi anata dua faktor ini seringkali membuat anak mengambil inisiatif untuk mencari nafkah atau hidup mandiri dijalanan. Kadangkala pengaruh teman atau kerabat juga ikut menentukan keputusan hidup di jalanan.

Berdasarkan studi yang dilakukan Kemensos Pusat dan Unika Atma Jaya Jakarta (1999) yang mewawancari 889 anak jalanan di Surabaya menemukan bahwa faktor penyebab atau alasan anak memilih hidup di jalanan dikarenakan kurang biaya sekolah (28,2%) dan membantu orang tua bekerja (28,6%). Akan tetapi bukan berarti kemiskinan merupakan satu-satunya faktor determinan yang menyebabkana nak lari dari rumah dan terpaksa hidup di jalanan. S. Baharjah, menjelaskan bahwa kebanyakan anak bekerja di jalanan bukan atas kemauan mereka sendiri, melainkan sekitar 60% diantaranya karena dipaksa oleh orang tuanya.

Keberadaan anak-anak jalanan tidak mendapatkan makna dan apresiasi positif dalam hubungan sosial budaya masyarakat. Anak jalanan seharusnya dilindungi dan dijamin hak-haknya seperti anak pada umumnya agar kelak nantinya menjadi manusia yang bermanfaat dan mempunyai masa depan yang cerah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun