Mohon tunggu...
Aline Rogeleonick
Aline Rogeleonick Mohon Tunggu...

A Women | A Wife | A Partner | A Daughter | A Sister | A Friend | Public Servant | Just Write..

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Celengan Ayam, Sepele sih, Tapi....

11 Februari 2014   15:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:56 1378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_311467" align="alignleft" width="300" caption="Celengan Terakhir (Aline)"][/caption]

Hayoooo, siapa yang suka nabung dari kecil??

Biasanya sih ibu-ibu suka menanamkan kebiasaan menabung ke anaknya dari waktu pertama kali anaknya kenal duit. Percakapannya begini, "Hayyooo, ini uang jangan dihabiskan ya, nak. Sebagian dicelengin," kata ibu. Dan sudah barang tentu yang paling terkenal adalah CELENGAN AYAM. Kenapa ya, sepertinya celengan ayam begitu fenomenal di antara penyimpanan uang lainnya?

Setelah browsing-browsing, diketahui bahwa kata 'celengan' berasal dari bahasa  jawa 'celeng' yang artinya babi. Jadi dulu, konon katanya penciptaan sebuah tempat penyimpanan uang pada awalnya berbentuk babi. Umumnya, celengan digunakan oleh anak-anak untuk belajar menabung.

Celengan biasanya terbuat dari keramik atau porselen. Pada celengan tradisional, uang dapat dengan mudah dimasukkan, namun jika ingin mengambil uangnya, celengan tersebut harus dipecahkan. Tapi celengan modern memiliki lubang karet pada bagian bawahnya, untuk memudahkan dalam mengambil uang yang disimpan dalam celengan tersebut.

Agak aneh juga si, kalau namanya 'celeng'an disambung dengan 'ayam'. Maknanya babi, tapi bentuknya ayam. Tapi ya sudahlah ya, apalah arti sebuah nama. Yang penting manfaat celengan ini terbukti menyelamatkan ibu-ibu di masa krisis juga, loh.. Maklum saya ibu rumah tangga juga, jadi sedikit berbagi pengalaman.

Sejak beralih menggunakan angkutan umum, saya selalu punya stok uang receh. Setiap hari, biasanya ada kembalian dari kernet koantas uang koin Rp1.000 atau Rp500 an. Nah, kalau udah numpuk beberapa hari itu uang koin di dompet kan penuh juga. Dompetnya jadi ga bisa dikancing. Kalau ga bisa dikancing karena tebal dengan duit yang warna merah atau dollar si bisa sombong dikit, tapi kalo sama receh, yaa.... sudahlah, tak usah dibahas bagian itu. Hihihihi...

Akhirnya, karena selalu memiliki uang receh di dompet, saya teringat lagi pada celengan pertamaku dulu. "Apa salahnya kalau dipakai lagi celengan untuk menampung receh-receh tersebut," pikirku. Pertama kali mulai mengisi celenganku yaitu saat awal 2012. Tapi kali ini celengannya bentuk jagung. Walaupun sama juga dibuat dari tanah liat, bukan plastik atau kaleng.

Celengan jagung saya hanya bertahan satu tahun. Akhir 2012 saya menikah, dan ternyata cukup menguras tabungan, hahahha... Awal tahun sempat manyun. Selain tabungan habis, sehari-hari hanya mengandalkan gaji PNS semata. Semua juga tahu gaji PNS pas-pasan. Jadi terpaksa deh celengan jagungnya ditebok. Untuk ukuran uang receh, isinya lumayan Rp450.ooo. Cukup buat ongkos angkutan umum sebulan.

Sekarang udah mulai nabung lagi. Dan kali ini celengannya celengan ayam. Belinya juga jauh, di Lombok, pas honeymoon sama suami. Isinya khusus untuk koin Rp1.000 aja. Nominal lain ga diterima, hehehe....

Kapan yaaa bisa nebok lagi? Ini celenganku, mana celenganmu..??

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun