Kami juga melihat ketidak berdayaan perempuan, anak-anak dan system untuk menolong. Di bandara kami pun menemukan seorang korban yang hilang ingatan karena mengalami kekerasan fisik dan psikis. Korban tersebut hanya mampu berbicara dalam bahasa Jawa. Ada mbak-mbak yang berada disebelahnya, berbicara "mungkin tangannya, di sekitar jari-jarinya disuntik obat yang dapat mengakibatkan hilang ingatan". Yang dia ingat hanyalah kota asalnya yaitu Grobokan.
Harkat  Manusia terutama  Kaum Perempuan  dilecehkan
Manusia dijadikan komoditi, tidak dihargai harkat dan martabatnya dengan cara melakukan kekerasan secara fisik maupun secara psikis. Dari  mereka  kami  tahu  bahwa  para majikan perempuan dikenal lebih galak karena pencemburu. Mengapa begitu? Karena lelaki dari Negara  Sebrang itu dikenal memiliki nafsu yang besar, sehingga apabila melihat perempuan tanpa cadar, mereka mudah terangsang bahkan seringkali langsung memperkosa pekerjanya. Karena begitu liarnya, para istri mereka menjadi cemburu dan akhirnya melampiaskan kecemburuannya dengan cara marah dan melakukan kekerasan terhadap para TKW. Para TKW tersebut tak ubahnya seperti objek pemuas nafsu.
Saya sangat bersyukur karena dapat menyamar menjadi TKI dan dapat menggali berbagai informasi. Selain itu, yang sangat menyentuh hati kami yaitu ada kepedulian diantara para TKI, ada rasa solidaritas yang tinggi diantara mereka. Saat kami  dekati, para TKI itu tidak ada yang merasa curiga, maka banyak diantara mereka yang menjadi korban penipuan lagi ketika sampai di tanah air. Segala permasalahan yang mereka alami di luar negeri, membuat mereka sangat stress dan tidak mampu berpikir kritis lagi.
Selama exposure , pengalaman yang paling menyentuh bagi kami adalah kerelaan hati para pribadi  seperti  mbak  Lusi dkk  yang  bekerja  full  time  di  Kantor  Migran  Care, Ibu  Lina  yang  menampung  anak-anak TKI  yang  lahir serta  mengadopsi, dan  mengasuh,  membesarkan  mereka. Ada  20  anak  sewaktu  kami  berkunjung, mereka  juga  ikut  nimbrung  menyambut  kami, mereka  berwajah  Arab.  Ibu Lina  mempunyai kepedulian yang begitu besar untuk menolong para TKI dengan berbagai masalah mereka. Itu sangat membuat kami kagum. Kita saja belum bisa, tetapi para sukarelawan yang awam sudah bisa, bahkan tidak memikirkan kepentingan mereka. Begitu juga dengan Ibu Lina yang dengan kesulitannya tetap tulus membantu para korban.  Dari  mbak  Lusi  kami  jadi  tahu  bahwa  selama  ini  Mantan  Presiden  Bp  Gus Dur  dan  keluarganya  menyediakan  rumahnya  untuk  menjadi  shelter  bagi  para  TKI  serta  memberi  fasilitas  secara  cuma-cuma.
Pengalaman  berjumpa  dan  mengalami kisah  hidup  para  TKI membuat hati ini terenyuh,terharu  dan  membangkitkan  kesadaran bahwa ini semua adalah perbudakan modern  yang  mesti  dicegah, dibrantas perkembangannya. Betapa  tidak ! setiap  hari, TKI yang dipulangkan ke Indonesia mencapai 700 -- 800 orang, khususnya untuk hari Selasa  dan  Kamis bisa mencapai 1.500 orang. Begitupun sebaliknya, karena prinsipnya apabila ada yang dipulangkan, pasti ada juga yang diberangkatkan.Jumlah  tersebut  belum  yang  lewat  laut  di  Pelabuhan  Tanjung  Priuk  jauh  lebih  banyak  lagi, tapi  kami  tidak  sempat  kesana.
Hal ini dilakukan mengingat harus menghidupi suami dan anak-anak. Bagi yang hamil, ada yang merasa takut pulang ke tanah air karena takut dikatai "pulang ke rumah bukannya bawa uang malah bawa anak". Karena itu ada yang menunggu kelahiran anaknya di luar negeri, setelah anaknya dilahirkan, lalu dijual ke orang lain. Ada juga yang setelah anaknya lahir, dititipkan di tempat-tempat penampungan. Pada akhirnya yang menjadi  sengsara  bukan hanya si TKW, tetapi juga anak-anak yang tidak berdosa.
Undangan Tuhan bagi kami:
Melihat,  mendengar  dan mendampingi  para  TKI kami  merasa tergugah  untuk  sedikit  meringankan  dan  berusaha  meminimalis bahkan  mencegah  Human  Trafficing dengan  hal-hal  sbb:
- Mensosialisasikan human trafficking ini di berbagai komunitas, sekolah, masyarakat  sejak  dini. Â
- Mau menjadi sesama dalam situasi ketidakberdayaan
- Siap sedia untuk membantu  dan  menyediakan  lapangan  pekerjaan.
- Lebih berkomitmen untuk melakukan pendampingan, karena beberapa suster sudah ada yang aktif melakukan pendampingan dan hal-hal yang berkaitan dengan human trafficking.
- Ikut jaringan dalam memberantas human trafficking.