Mohon tunggu...
Money Pilihan

Gurihnya Bisnis Bumbu

21 Juni 2016   17:33 Diperbarui: 21 Juni 2016   18:04 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Geliat ekonomi songsong Asian Games 2018  bisa dirasakan warga Sumsel. Roda bisnis di sektor real seperti,  Pasar Induk di Palembang bergerak tidak seperti biasa, lebih kencang. Suplyer bumbu ke catering, restoran, hotel, dan pusat pusat kuliner dapat mengantongi keuntungan 10 juta rupiah perbulan. Bagaimana laju sektor real songsong Asian Games? Berikut reportasi langsung Monica dari lapangan. ==================================================================

            Siang itu, mentari tertutup awan, sinarnya tak terasa panas.  Musim hujan masih terasa di kota Palembang. Urat nadi kehidupan ekonomi tampak bergeliat. Jalan-jalan protokol dan jalan utama di kota sejak dari Griya Agung hingga jalur Light Rail Transit (LRT) menuju Jakabaring, melewati Ampera, arus lalu lintas kendaraan pribadi dan umum pelan tapi lancar.

            Icon icon Sea Games tahun lalu, menandai atribut kota Palembang sebagai tuan rumah dalam berbagai event nasional maupun  internasional. LRT yang tengah diusakahan penyelesaiannya sebelum laga Asian Games dimulai, tampak berdiri kokoh.  Sementara tenaga ahli  bekerja menuntas LRT tanpa terasa lelah, letih dan lesu. Semangat  disertai perasaan bangga Sumsel menjadi tuan rumah Asian Games tersurat tampak pada wajah para pekerja LRT.

Hanya membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai ke kompleks  Jakabaring dari area Griya Agung. Suasana kompleks stadion Gelora Sriwijaya pada Sabtu 18 juni siang itu tampak ramai. Sejumlah stand sponsor juga tengah dipasang, beberapa warga dari luar Palembang sempat memanfaatkan rekreasi di kawasan Stadion Jakabaring dengan sekedar  berfoto-foto ria.

Pasar Induk Retail.

Saya bergerak ke arah Pasar Retail. Sebelum sampai ke pasar induk, saya melewati pasar buah, tampak sepi dan bisa dibilang tutup, karena waktu operasional pasar buah tersebut hanya pada waktu subuh. Pasar Induk bersebelahan dengan terminal Jakabaring. Saya memasuki gerbang bertuliskan pasar retail jakabaring. Tampak benar benar sepi, di lapak pedagang ikan terlihat kurang dari 10 orang. Ada seorang laki laki berumur sekitar akhir dua puluhan memakai celana jeans,  kaos oblong, dan sapu tangan yang dijadikan penutup hidung dan mulut.  Mereka sibuk membersihkan beberapa ember besar, keranjang ikan. Lapak-lapak ikan juga sudah bersih. Hanya tersisa bau amis menyengat.

Tak jauh dari lapak ikan,  seorang Ibu tengah duduk tampak lelah. Raut muka agak lesu.”Pasar  dah tutup. Pasar Induk buka jam enam malam hingga subuh,“  katanya menjelaskan sepi sunyi pasar, saya balas senyuman. Pasar Retail Sayuran dan Ikan ini mulai beroperasi usai azan magbrib. Beda  dengan di Jakarta dan Jawa, Pasar Induk aktif selama 24  Jam.

  Aku melanjutkan perjalanan menuju lapak atau kios sayuran dan bahan bahan dapur. Hanya beberapa langkah dari tempat pedagang ikan.  Tampak sangat sepi, disampingnya terdapat sebuah musholah bernuahsa hijau dan putih. Menaiki anak tangga, terdapat penjual gado-gado yang sedang bersiap-siap, seorang laki-laki. 

Daganganya belum tersusun masih rapi di kotak kotak terpisah, dia terlihat sedang membersihkan tempat daganganya. Disampingnya ada dua orang ibu-ibu dan anak kecil yang tengah duduk di lapak dangangan. Anggraini, nama salah seorang ibu ibu tersebut. Berkacamata merah, menggunakan kerudung berwarna abu-abu, kemeja hitam bercorak putih kotak-kotak dan celana jeans. Sangat sederhana, karena kondisi pasar begitu sepi aku, aku bertanya kepadanya alasan kenapa pasar induk ini beroperasi hanya pada malam hari.

“Tutup dek, pasar ini buka nyo malem, lepas magriblah tapi puncak raminyo iyohlah jam sepuluh sampe jam satu tengah malem,“ tuturnya

“Iyo dek gentian waktunyo samo pasar-pasar kecik, kan mereka ngambek galo kesini. Jadi mereka tu belanjo malem disini, paginyo jual lagi ke pasar-pasar kecik, “ jelasnya dengan dialek melayu kental.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun