Mohon tunggu...
Monang Ranto Vaber Simamora
Monang Ranto Vaber Simamora Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Suami dari seorang istri dan seorang gembala jemaat.

Perintah itu pelita, ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Satu Langkah Menuju Neraka

30 Oktober 2022   08:01 Diperbarui: 30 Oktober 2022   08:28 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu langkah menuju Neraka

Pangeran kegelapan dan para malaikatnya berkumpul menggiring semua manusia menuju ke tempat terkelam di alam semesta. Semua manusia digiring tanpa perlawanan karena semua hati manusia juga hendak menuju tempat yang sama. Tidak ada seorang pun yang memalingkan wajahnya dan berbalik atau melawan jalan yang diberikan oleh iblis.

Mel Gibson dalam film "The Passion of the Christ" menggambarkan, air mata Allah menetes ke bumi. Hati-Nya teriris melihat semua manusia digiring ke tempat pembantaian Neraka. Di satu sisi itu memenuhi keadilan-Nya bahwa iblis dan semua manusia berdosa harus di hukum dalam kegelapan yang mengerikan.

Namun, di sisi kasih-Nya, Dia tidak ingin itu terjadi. Dia melepaskan mahkotanya, turun dari singgasana-Nya menemui manusia di tempat pangeran kegelapan memperbudak mereka. Untuk menyelamatkan manusia sang Raja datang tidak dalam kemuliaan-Nya dan kemegahan-Nya. Dia tidak datang dengan seluruh pasukan surga dan kuasa-Nya yang Maha segalanya. Tidak, Dia tidak datang dengan cara itu.

Dia datang menjadi sama seperti ciptaan-Nya. Dia menjadi bayi dan berkembang seperti manusia pada umumnya. Dia merasakan keterbatasan tubuh manusia-Nya, Dia merasakan duka dan lelah dan sederet kelemahan lainnya. Dalam keadaan-Nya sebagai manusia Dia taat kepada Bapa, bahkan taat sampai mati. Mati dengan cara terkutuk di kayu salib.

Dengan cara ini Dia dapat menyelamatkan manusia yang ditawan oleh pangeran kegelapan. Dia menawarkan diri-Nya menggantikan hukuman semua orang. Dia menanggung dosa seluruh dunia di "pundak-Nya". Allah yang menjadi manusia harus mengalami kematian yang tragis.

Dari dekat pangeran kegelapan menyaksikan penyiksaan Allah yang menjadi manusia itu dan dalam kesengsaraan-Nya Dia tidak membuka mulut-Nya karena Dia datang untuk memberikan nyawa-Nya untuk menggantikan manusia yang Ia kasihi. Dalam penderitaan-Nya, Dia dicaci, diludahi, ditinju, dicambuk dan berakhir digantung di kayu salib.

Seluruh malaikat Allah memalingkan wajah mereka, melihat sang raja alam raya rela melakukan semua itu demi manusia yang sudah menghianati-Nya. Para malaikat tidak paham kasih terbesar memang membutuhkan pengorbanan terbesar untuk menyelamatkan semua manusia dari maut yang telah siap menelan mereka.

Saat Kristus berkata "tetelestai" seluruh alam raya bergetar, karena Tuhan yang telah menjadi manusia itu telah mati. Dia mati karena cinta. Ya, cinta yang besar terhadap ciptaan-Nya. Bumi bergetar menerima tubuh Tuhan Yesus, gelap gulita selama tiga jam dan gempa bumi menandakan alam raya berduka dan marah. Tapi itu semua karena Tuhan yang rela memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan.

Alkitab bersaksi "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib". Maut telah dikalahkan dalam kematian-Nya, sengat maut tidak berkuasa lagi atas semua orang yang di dalam Kristus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun