Di setiap tanggal seperti hari ini, sejumlah elemen masyarakat, khususnya yang peka, peduli dan simpati pada dunia pendidikan serta peran guru, merayakan hari guru nasional.
Sebagian diantaranya, ada juga yang memanfaatkan situasi seperti ini, dengan melakukan kritik dan koreksi terhadap kinerja guru, terkait dengan kualitas pendidikan secara umum.
Kedua belah pihak itu, memainkan panggungnya sendiri, untuk kepentingan dan tujuannya masing-masing. Khusus di zaman serupa kita ini, sudah tentu, tidak ada larangan, dan tidak ada pembatas, untuk sebuah keberpihakan. Setiap orang, memiliki hak yang sama, baik untuk melakukan pendukungan, atau penolakan.Â
Demikian pula dengan persepsi dan penilaiannya terhadap kinerja guru selama ini.
Lantas, dimana posisi kita saat ini ?
Ah, entahlah.
Hal yang pasti, beberapa informasi yang muncul dan berkembang saat ini, masih sangat memprihatinkan.Â
Masih terdengar, sebagian tenaga pendidik, dengan upah yang sangat dibawah rata-rata kebutuhan hidup. Masih terdengar, kinerja tenaga pendidik yang kuran maksimal. Masih terdengar, jeritan suara guru dari pojok kelas. Masih terdengar tenaga honorer yang belum mendapatkan kepastian nasib atau masa depannya.Â
Sekali lagi, disamping itu pula, kemudian terdengar keras suara Presiden Jokowi, mengenai kiamatnya PNS di masa depan. Khususnya saat, tenaga-tenaga operasional atau buruh kasar akan digantikan oleh robot berbekal kecerdasan buatan (artificial intelegenc).Â
Bila  hal ini benar-benar terjadi, maka sebagian ASN/PNS, akan terkoreksi, dan harapan untuk menjadi ASN/PNS  harus menyempit lagi, dan bahkan bisa jadi tertutup sudah. Jika hal ini, benar-benar terjadi, lantas bagaimana nasib guru honorer atau pendaftar PPPK di masa yang akan datang ?