Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kembalikan Fungsi Propadetik Geografi

7 September 2020   06:35 Diperbarui: 7 September 2020   06:57 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pencarian identitas. Terus dilakukan. Keraguan dan pertanyaan, seakan tidak pergi dari pikiran ini. Kegalauan mengenai identitas Geografi, dirasakan bukan semakin mengecil, tetapi malah terus membesar dan menguat.

Bahkan, di pertengahan tahun 2020, saat seseorang  memberikan presentasi tentang perkembangan Geografi di dunia, ternyata di belahan Amerika Serikat pun, ada semacam kegelisahan atau kesenjangan pemaknaan terhadap hakikat Geografi.

Merujuk pada riset yang dilakukan tahun 2018, Geograf Amerika Serikat menuturkan bahwa nilai kemampuan geografi anak-anak kelas XII, kurang begitu menguntungkan. Raihan nilai mereka kurang menggemberikan.

Dari faktor yang disampaikan, diantaranya (1) adanya kebijakan yang kurang menguntungkan bagi bidang kajian Geografi. Di Amerika Serikat misalnya, Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk penekanan pada bidang STEM (science, technology, engineering, dan mathematic).

Akibat praktisnya, perhatian dan minat terhadap kajian Geografi, menjadi turun atau rendah. Faktor kedua, yakni adanya disparitas perlakuann antara Geografi di perguruan tinggi dengan geografi sekolahan. Geografi di perguruan tinggi cenderung ilmu alam (natural science), sedangkan geografi sekolahan cenderung ilmu sosial. [1] 

 Melanjutkan dari pandangan Boehm, Solem dan Zadrozny tersebut, akan diperburuk lagi, jika kemudian mata ajar Geografi disampaikan oleh guru-guru yang tidak memiliki latar belakang Geografi yang kuat, atau diajari oleh guru pecinta Geografi.[2]

Alih-alih mereka menyampakkan karakter Geografi sebagai sebuah disiplin ilmu yang mampu membantu manusia dalam meraih kesejahteraan hidup, hal yang terjadi malah menyebabkan para peserta didik bosan belajar Geografi, dan jauh dari ilmu keruangan, yang nota bene adalah tempat tinggalnya sendiri.

Tantangan nyata, dan factual, anak-anak Geografi yang memiliki kemampuan dan kekuatan disiplin sistematik yang kuat. benar-benar sudah mandiri. GIS, Inderaja adalah dua anak Geografi hasil perkawinan ilmu keruangan dengan teknologi informasi dan komunikasi. Mereka telah mampu bertahan dengan kuat dan kokoh, menjadi sebuah disiplin ilmu terapan yang sangat kuat (digjaya).

Kedua anak ini, bisa jadi bukanlah anak bungsu dari perkembangan Geografi.  Percepatan perkembangan dan dinamika teknologi modern, potensial melahirkan 'gaya baru' keilmuan dan kehidupan manusia di zaman modern.

Pada fase sebelumnya, jauh sebelum memasuki Millenium III ini, perkembangan Geologi, Geomorfologi, Meteoroligi Terapan, Pedologi dan Hidrologi sudah matang, dan dewasa lebih dulu.

Kembali lagi, jika saja, mereka adalah bagian dari keluarga ilmu kebumian (earth Science), dan Geografi adalah induk semangnya, maka kita sudah bisa meleihat dengan kasat mata dan jelas, bahwa anak-anak ilmu kebumian itu, sudah mampu berdiri sendiri.

 Ada yang mengatakan, anak kuat itu lahir dari ibu yang hebat. Anak hebat lahir dari orangtua yang kuat. Karena itu, kemandirian anak-anak ilmu kebumian, bukanlah berarti membunuh keberadaan yang sang ibu. Ibunya akan tetap jaya, sejahtera karena anak-anaknya sudah mandiri.

Logika ini, kelihatannya realistis. Adalah mudah dipahami, bahwa anak-anak yang matang dan dewasa adalah lahir dari didikan dan pengawalan orangtua, khususnya induk semangnya yang hebat pula.

Banyak anak-anak manusia yang mampu sukses dan Berjaya, dengan alatan dari sentuhan orangtua yang visioner.   Dengan kata lain, sebagian dari ilmuwan itu mengatakan sang Induk Semang akan tetap eksis, kendati anak-anaknya sudah mandiri.

 Hanya, fakta ini, tidak dikomparasikan dengan perkembangan selanjutnya. Ternyata kemandirian dan kedewasaan anak-anak itu, kemudian menyebabkan kemandiran yang tangguh. Artinya, saat ada orangtuanya, bisa mandiri, dan di saat orangtuanya meninggal pun, dia tetap tangguh.

Dengan alasan serupa itu, akankah suatu saat, ada fase pemisahan diri dari anak-anak ilmu kebumian dari Geografi ? atau,  sang neneknya diposisikan sudah diposisikan sebagai ilmu klasik, dan kemudian beralih kepada ilmu yang praktis !?

Kalau sudah demikian adanya, akankah, seorang ibu itu mampu menjadi perekat anak-anaknya yang sudah mandiri ? akankah, seorang ibu bisa berumur panjang, dengan cara merangkul semua anak-anaknya, di rumahnya sendiri, saat memecahka masalah kehidupan yang dihadapinya ?

Ya. Geografi adalah seorang ibu, pemilik rumah-keilmuan. Dari dan di rumah inilah, Geografi mengumpulkan informasi-informasi yang didapat oleh anak-anaknya, yang kemudian diolah menjadi sebuah informasi keruangan, yang bisa diterapkan sebagai pendekatan dan solusi dalam memecahkan masalah kehidupan manusia saat ini. Mengapa demikian ?

Dalam keyakinan sang Ibu, dan juga fakta menunjukkan bahwa untuk menyelesaikan kehidupan modern ini, tidak bisa sendirian. Satu disiplin ilmu perlu saling topang dan saling menggenapkan, sehingga kekuatan daya dorong dan daya-pemecahan masalah sangat kuat. Dalam posisi itulah, sang Geografi hadir menjadi ilmu sintetis, dan interdisipliner dalam memahami masalah yang dihadapi.

Bila demikian, rasionalkan bila Geografi kemudian dikembalikan menjadi sebuah ilma Propedatik ?[3] maksudnya, yakni menjadi sebuah rumah analisis, dan pengantar ruang narasi interdisipliner antar disiplin ilmu dalam memecahkan masalah yang dihadapi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun