Mohon tunggu...
Firsty Ukhti Molyndi
Firsty Ukhti Molyndi Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

Seorang blogger tuna daksa dari Palembang. Memiliki minat tulis-menulis sejak kecil. Menulis berbagai problematika sehari-hari dan menyebarkan kepedulian terhadap kaum disabilitas. Blog: www.molzania.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Implementasi B30 dan Dilema Biodiesel Kelapa Sawit

27 Juli 2019   13:06 Diperbarui: 27 Juli 2019   13:23 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri
Dokpri

Akan tetapi melalui laman Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Molzania mengetahui bahwa isu industri kelapa sawit menyebabkan kebakaran hutan tidak selalu benar. Dikemukakan disana bahwa justru industri kelapa sawitlah yang menjadi salah satu korban dari karhutla. Jika kebakaran melanda perkebunan kelapa sawit, maka tanamannya akan mati dan proses pengangkutan produk mentah ke pabrik akan terganggu. Jumlah kerugian yang ditanggung oleh pemilik diperkirakan mencapai 80-100 juta per hektar. Biaya ini akan ditanggung sepenuhnya oleh pemilik perusahaan.   

Provinsi-provinsi sentra kelapa sawit seperti Kalimantan Timur, Sulawesi Barat/Selatan, dan Sulawesi Tengah, karhutla justru relatif kecil yaitu hanya kurang lebih 110 ha. Bahkan Sulawesi Barat tidak terdampak sama sekali. Sebagian provinsi yang menjadi sentra perkebunan kelapa sawit yaitu Riau dan Kalimantan Tengah memang dilanda karhutla yang hebat, yaitu rata-rata kurang lebih 1500 ha sepanjang tahun 2010-2015. Tetapi pada provinsi lainnya yaitu Jawa Timur, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Barat (NTB) yang notabene bukan sentra industri kelapa sawit, kebakaran kurang lebih juga sama besarnya. Data ini dihimpun oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK) pada tahun 2015.

Menurut teori Tragedy of Common Properly, hutan secara teoritis tidak dimiliki oleh siapapun. Semua orang bisa memasukinya sekaligus memanfaatkan kekayaannya. Faktor penyebab karhutla terbagi menjadi dua, yaitu faktor manusia, alam dan kombinasi dari keduanya. Kebakaran lahan yang terjadi di setiap provinsi di Indonesia terjadi akibat ulah masyarakat itu sendiri. Setiap harinya terjadi illegal logging dan pembakaran lahan di areal hutan. Baik yang dilakukan oleh individu atau kolektif oleh masyarakat.

Untuk menanggulangi deforestasi dan kebakaran hutan, memang diperlukan pengaturan tata kelola hutan yang baik. Juga adanya kerjasama dan kesadaran lingkungan dari semua pihak, baik perusahaan dan masyarakat.

Namun tidak ada salahnya untuk mengembangkan pula energi baru terbarukan (EBT) lainnya selain kelapa sawit. Pemerintah perlu mengembangkan sektor research dan kerjasama penelitian. Selama ini anggaran penelitian Indonesia relatif kecil dibandingkan dengan negara lain. Padahal setiap tahunnya konsumsi BBM nasional terus meningkat. Jika kita memanfaatkan banyak sumber EBT, kebakaran hutan di wilayah lahan perkebunan kelapa sawit akan bisa diminimalisir.

Dikarenakan sifat dasar tumbuhan kelapa sawit yang mudah terbakar, maka semakin banyak lahan kelapa sawit ditambah faktor lainnya, akan mengakibatkan semakin banyak kebakaran hutan. Tidak bisa dipungkiri perkebunan kelapa sawit mudah terbakar. Kita perlu memanfaatkan banyak sumber alternatif biodiesel, tidak hanya satu. Dengan kekayaan alam di Indonesia, diharapkan kita nanti mampu memanfaatkan beragam tanaman untuk dikonversi menjadi biodiesel.


Sumber:

GAPKI

KATA DATA

slide presentasi kesdm dan bpdpks 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun