Mohon tunggu...
Yakobus Molo Dini
Yakobus Molo Dini Mohon Tunggu... Guru - Data Diri

Berjalan sambil Menuai

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah di Balik Kuburan "Uis Tae Bian" yang Sarat Makna Dalam Sejarah Orang Bani-Bani

7 April 2019   22:58 Diperbarui: 7 April 2019   23:21 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penduduk Bani-Bani terdiri dari enam desa yakni Desa Bani-Bani, Desa Kufeu, Desa Ikan Tuanbeis, Desa Tunabesi, Desa Tunmat dan Desa Fatoin serta serta Biau. 

Desa Tunabesi, Tunmat dan Biau terletak didataran tinggi Kecamatan Io Kufeu sedangkan empat desa lainnya yakni Desa Kufeu, Desa Ikan Tuanbeis, Desa Bani-Bani dan Desa Fatoin terletak di dataran rendah Kecamatan Io Kufeu. Kecamatan  ini pun berbatasan dengan desa Loeram Kabupaten TTU, Desa Susulaku Kabupaten TTU dan Kecamatan Rinhat Kabupaten Malaka serta Kecamatan Sasitamean Kabupaten Malaka.

               Penduduk Bani-bani terdiri dari suku-suku yakni; Suku Naifio, Abukun Abanit, Nai' Suri, Manuinfaif, Etunaek, Manubanani, Bitna'neus, Unsain Fantoni, Fio Tae, Tae Riu, dan Manuinteme. Suku-suku ini tersebar di setiap desa wilayah kecamatan Io Kufeu. Kecamatan ini kaya akan situs sejarah yang sampai hari ini terus dilestarikan dan ada yang belum dilestarikan. Situs-situs sejarah ini beraneka ragam. 

Situs sejarah berupa tumbukan batu (Ksadan/ Baki) seperti, Ksadan Liurai (Bakiliurai) terletak di Bakiliurai desa Tunabesi, Ksadan Uis Tae Bian ( Bakinaek Uis Tae Bian) yang disebut Bakinaek Kufeu terletak bagian Timur Desa Tunabesi atau Bagian utara Desa Kufeu serta Bakinaek Mateut  terletak di bagian selatan desa Tunmat.

Situs berupa lumbung yakni Rop Re'u (Lumbung Pemali) terletak di bagian selatan desa tunmat.  Rumah-rumah adat dan sonaf terhimpun dalam satu hamparan di desa tunabesi dan masih banyak situs yang belum terekam penulis. Adapun tradisi-tradisi sejarah yang ada di wilayah Bani-Bani yakni; Upacara menanam Kebun Firdaus ( Nahiak Eutmasko'na), Upacara Na'sasau Noah Masi', upacara Abtai Rop Reu (Memperbaiki/memelihara kembali lumbung pemali) dan dalam upacara ini ada ziarah mencari makanan (Nababoe' dilakukan oleh sores/utusan), dan tradisi Nahan feuk (makan Jagung muda). Masih banyak tradisi -- tradisi lain yang ada di bani-bani.

Tentu saja anda bertanya, kisah apa dibalik ksadan Uis Tae Bian dalam sejarah orang bani-bani. Saya ingin menjelaskan tentang ksadan (bakinaek) merupakan sebuah tumbukan batu yang ada sejak jaman dahulu orang bani-bani menghuni wilayah ini. Sementara Uis Tae Bian merupakan seorang raja di wilayah kerajaan Bani-Bani. Uis Tae Bian memiliki sauadara yang juga seorang raja namanya Uis Kalau Koen. Suatu hari muncullah perang saudara yang tidak terelakan dalam merampas kekuasaan di kerajaan Bani-bani. Uis tae bian mendapat dukungan dari suku unsain fantone dengan membuat upacara adat dengan memberikan kekuatan (nasaeb reo') nintareu' dan nektamus. Sementara Uis Kalau koen menggunakan kekuatan titpah Foetmus suku Naifio.


Uis Kalau Koen berada di Kab'a banrik letaknya di hoineno desa Tunmat dan Uis Tae Bian berdiri di Mateut. Keduanya mengadu kehebatan menembak dari jarak jauh. Karena tidak ada kalah dan tidak ada yang menang dalam perang ini maka keduanya  mengambil telur sebagai titik sasaran tembakan untuk mencari siapa yang jitu menembak pecah telur itu maka dialah yang menjadi raja di wilayah Bani-bani. Tetapi telur dipegang di telapak tangan lalu satunya tembak. 

Awalnya uis kalau koen menyuruh uis tae bian yang letakan telur ditelapak tangan. Uis Kalau Koen dari Kab'a  banrik mulai menembak telur yang diletakan ditelapak tangan sejajar dengan dahi uis tae bian. Uis Kalau Koen melepaskan tembakan jitu tepat ditelur dan kena juga dahi Uis Tae Bian. Akhirnya Uis Tae Bian pun meninggal dunia.

Usai menembak Uis Kalau Koen tidak mendengar suara Uis Tae Bian lagi. Akhirnya Uis Kalau Koen menyuruh para Meo (serdadu) untuk mengecek apa betul Uis Tae Bian sudah meninggal atau belum. Ternyata di mateut Uis Tae Bian tidak bernyawa lagi. Kemudian Uis Kalau Koen menyuruh para serdadunya agar mengambil kemaluannya dan dikubur di kufeu dan tubuhnya di mateut. Para serdadu pun berbuat sesuai yang diperintahkan Uis Kalau Koen. 

Hal tersebut dilakukan Uis Kalau Koen agar  martabat dan harga diri manusia harus dijaga dan dipelihara. na kemaluan merupakan letak martabat dan harga diri  manusia. Bahwa tubuh yang lain penting tetapi yang terpenting adalah kemaluan yang perlu dijaga dan dipelihara. Maka muncullah budaya malu atau mae sebagai patokan harga diri manusia. Dalam kemaluan terkandung nilai-nilai moral manusia yang beretika dan bertatakrama dalam kehidupan sehari-hari.

Pada tempat dimana kemaluan Uis Tae Bian dikubur disebut Meto' Kufeu dan tempat dimana tubuh Uis Tae Bian dikuburkan di sebut mateut. Kedua tempat tersebut kini menjadi situs sejarah yang dikenang sampai hari ini. Di Meto' Kufeu tempat kuburan alat kelamin Uis Tae Bian tersusun batu pelat setinggi 1 meter lebih berbentuk bulat dengan diameter kurang lebih 4 meter. Sementara ditempat tubuh Uis Tae Bian dikuburkan,  disusun batu berbentuk salib dengan sebuah tiang penyangga ditengah salib itu.

Cara pengambilan batu pelat ke meto' kufeu

Cara pengambilan batu yang digunakan pada kuburan tersebut yang diambil dari Manumutin Silole  (nama sebuah bukit yang tinggi di wilayah Bani-Bani) sejauh 5 km dengan cara rakyat bani-bani berbaris teratur dari meto' kufeu sampai manumutin silole secara rapih mengover batu sampai meto kufeu. Batu tersebut disusun secara rapih dan teratur. Disinilah lahir budaya gotong royong dalam bahasa dawan disebut serbius tabua dengan istilah "Hanuf nua raro' mese" (dalam bahasa dawan artinya dua bahu satu beban) saat mengover batu dari tempat yang begitu jauh secara bersama menuju meto' kufeu.. Dalam sehari kuburan batu itu pun selesai dikerjakan.

              Budaya hanuf nua raroe' mese merupakan cermin bagi orang bani-bani dalam melaksanakan pekerjaannya.  Maka budaya hanuf nua raroe'  mese menjadi awal  lahirnya  budaya gotong royong pada masyarakat sejak kurang lebih 200 tahun silam. Tentu istilah dua bahu satu beban menjadi titik awal lahirnya budaya gotong royong dinegri ini. Kuburan berbentuk bakinaek menjadi tempat memberi sesajian kepada Uis Neno (Tuhan di atas langit) yang dilakukan setiap dua tahun sekali dalam upacara na'sasau' noah masi'..

Upacara Na'sasau' Noah Masi' (Upacara jual beli kelapa dan garam) dengan susunan acaranya yakni;

1. Pengambilan Paun Niti oleh para ketua suku.

        Paun Niti dalam bahasa dawan yakni tempurung cincin. Tempurung tersebut diisi dengan air yang diambil dari oe re'u. Pau niti diambil dari baba'fa yang diserahkan oleh Raja Abukun kepada para kedua suku yang telah diisi dengan air. Pau niti merupakan tempurung yang terbuat dari tembaga. Pearakan dari Sonaf  Amanas(baba.fa) menuju menuju meto kufeu sejauh 2 km.

2.  Ana' reu duduk diatas kepala kerbau mengelilingi ksadan Uis Tae Bian

             Setiap ketua suku memegang paun niti yang berisi air dan dibawa menuju meto kufeu. Air dalam paun niti pun harus dijaga agar tidak boleh tumpah. Paun niti berisi air tersebut melambangkan alat kelamin perempuan yang harus dijaga air dalam tempurung tersebut. Dalam perarakan tersebut kerbau pun ditarik menuju meto kufeu. Tiba dimeto kufeu tempurung terbut disimpan di bakinaek tersebut. Lalu ana' reu naik dan memohon kepada uis neno (Tuhan di atas langit) diatas bakinaek tersebut. Sementara semua rakyat, pemimpin desa dan semua yang hadir duduk dibawa sambil menyaksikan jalannya upacara tersebut.

3.   Ana'reu duduk diatas kepala kerba yang sudah dibunuh mengelilingi ksadan.

                    Ana' re'u turun dari bakinaek lalu duduk diatas kepala kerbau berjalan mengelilingi bakinaek tersebut sambil meniru suara kerbau. Setelah itu, ana' re'u naik kembali ke atas bakinaek untuk melanjutkan upacara.  Daging kerbau dicincang kecil-kecil diisi dalan tobe lalu memohon kepada uis neno. Usai memohon daging dalam tobe dibuang kepada rakyat yang hadir. Rakyat secara rame-rame merampas daging yang dibuang ana'reu untuk dibawa kekebun. Sementara daging kerbau yang lainnya rakyat harus memakan habis ditempat itu dan tidak boleh bawah pulang.

4.  Rakyat kembali membawa sesajian yang dibuang saat itu untuk disimpan di pusat kebun yakni ai nuana.

            Usai upacara tersebut rakyat kembali  dan menaruh daging yang diperoleh saat dibuang ana're'u di pusat kebun yang disebut ainuana. Ai nuana berupa sebuah batu pelat yang disimpan ditengah kebun. Hal ini dilakukan agar tanaman yang baru ditanam dan saat memanen pun banyak dan tidak kelaparan.

           Demikian kisah dibalik bakinaek Uis Tae Bian yang mengandung banyak makna dalam kehidupan sehari-hari. Kemaluan merupakan suatu bagian tak terpisahkan dari tubuh manusia tetapi bagi orang bani-bani kemaluan harus dijaga dandipelihara, dirawat tersendiri. Sebab harga diri dan martabat kaum laki-laki dan perempuan ada pada laki-laki. Sehingga ketika laki-laki meninggal maka tidak ada lagi bibit pertumbuhan baru maka disebut meto' dalam bahasa dawan artinya kering kerontang. Maka dalam upacara tersebut para ketua suku harus membawa tempurung berisi air melambangkan kandungan wanita dibawah ke meto kufeu agar bisa ada kehidupan baru.

Tempat meto' kufeu sangat tertutup untuk umum dan orang lain yang mengunjungi tempat tersebut. Bahkan buang air liur saja tidak dijinkan. Demikian ulasan singkat ini yang saya bagikan kepada pembaca. ***

Ditulis : Yakobus Molo Dini

Guru SMPN Satap Nitmalak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun