Mohon tunggu...
Moh. Mudhoffar Abdul Hadi
Moh. Mudhoffar Abdul Hadi Mohon Tunggu... Penulis Lepas

Pengen nulis apa aja yang ada di otak. Aktif menulis sejak patah hati.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Membayangkan Kim Jong-un Memimpin Indonesia

20 Februari 2025   03:00 Diperbarui: 20 Februari 2025   03:24 1335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi (sumber: unplash/Andrea De Santis)

Begitu Kim Jong-un resmi dilantik sebagai Presiden Indonesia, suasana negeri langsung berubah drastis. Billboard di sepanjang jalan, mural di tembok gang, hingga layar TV nasional hanya menampilkan satu wajah: Kim Jong-un. Senyumnya terpampang di mana-mana, lengkap dengan slogan yang menggelegar, "Bersama Pemimpin Agung, Indonesia Akan Menjadi Adidaya!".

Bahkan logo KPU juga ikut berubah. Jika sebelumnya punya makna Komisi Pemilihan Umum, kini kepanjangannya menjadi "Kim Pilih Un" karena pemilu dianggap tak lagi diperlukan. Lagi pula, buat apa ada pemilu kalau pemimpinnya sudah pasti menang? Demokrasi di Indonesia akhirnya mencapai titik kesempurnaan, setidaknya menurut Kim Jong-un.

Hari Ke-7: Pejabat Korup Mulai Bertahlil untuk Diri Sendiri

Minggu pertama pemerintahan Kim Jong-un diwarnai dengan suasana yang penuh ketegangan. Para pejabat yang dulu hidup santai dengan uang negara mendadak menghilang satu per satu. Yang biasanya hobi flexing mobil mewah dan liburan ke luar negeri kini lebih memilih sembunyi di rumah, berharap tidak terdeteksi oleh sistem baru yang diterapkan oleh pemerintah.

Beberapa yang sudah sadar diri bahkan langsung menggelar acara tahlilan. Bukan untuk orang lain, melainkan untuk diri mereka sendiri. Bukan karena sudah meninggal, tapi lebih ke persiapan dini.

Hari Ke-30: Senyum Jadi Kewajiban, Cemberut Bisa Bikin Hilang

Bulan pertama kepemimpinan Kim Jong-un membawa kebijakan baru yang sangat unik, yaitu "Rakyat Wajib Bahagia". Artinya, siapa pun yang terlihat murung di tempat umum bisa dianggap sebagai warga yang kurang nasionalis. Setiap CCTV di tempat umum sudah dilengkapi dengan teknologi pendeteksi ekspresi. Jika seseorang terlihat cemberut terlalu lama, drone pemerintah langsung datang dan memberikan teguran keras.

Akhirnya, seluruh rakyat mulai berlatih senyum di depan kaca sebelum berangkat kerja. Bahkan tukang parkir yang biasanya cemberut saat ditanya soal tarif kini berubah menjadi customer service yang ramah. Senyum bukan lagi tanda keramahan, tapi sudah menjadi kebutuhan untuk bertahan hidup.

Hari Ke-50: Rambut Wajib Mirip Kim Jong Un

Di pertengahan bulan kedua, aturan tentang penampilan mulai diberlakukan. Kim Jong-un menetapkan bahwa seluruh rakyat hanya boleh memiliki tiga model rambut: belah pinggir ala Kim, cepak militer, atau botak total. Tidak ada pilihan lain. Semua salon dan barbershop diinstruksikan untuk menyesuaikan layanan mereka dengan aturan ini.

Siapa pun yang nekat tampil gondrong atau mencoba gaya rambut modern langsung mendapatkan undangan cukur massal di stadion. Tukang cukur pun mendadak kaya raya karena antrean semakin panjang. Sebaliknya, penjual pomade mengalami penurunan omzet drastis karena tidak ada lagi yang membutuhkan gaya rambut unik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun