Mohon tunggu...
Moh Makhrus
Moh Makhrus Mohon Tunggu... lainnya -

https://www.facebook.com/moh.makhrus/photos

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tebarkan Sholawat

29 Januari 2014   12:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:21 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada tanggal 1 Rabiul Awal [maulud] bertepatan dengan tanggal 4 januari 2014, masyarakat Kendal pada umumnya, setelah sholat maghrib mengadakan pembacaan sholawat Nabi, ada yang di Masjid, juga di Musholla. Selama 12 hari, mereka melantunkan sholawat pada Nabi Besar Muhammad SAW. Karena pada bulan tersebut, menurut tarikh islam, Muhammad SAW dilahirkan. Masyarakat Jawa menyebutnya dengan bulan Maulud [mulud], yang artinya bulan kelahiran. Sedangkan kitab yang dijadikan sumber bacaan oleh masyarakat adalah “Al Barjanji”, kumpulan syair dan nasar [prosa dan puisi] yang berintikan sholawat pada Nabi Muhammad SAW.

Sholawat itu sendiri secara leksikal berarti ucapan yang menyanjung terhadap Nabi Muhammad SAW. Sebagai umatnya, penyanjungan terhadap beliau suatu yang sangat santun. Kalimat sholawat yang paling minimal adalah “Allahumma Sholli ala Muhammad”. Semoga Allah memberkahi terhadap diri Nabi Muhammad.

Berkaitan dengan bulan Maulud, ada 3 typologi masyarakat Islam. Pertama, adalah masyarakat yang menolak terhadap peringatan maulud, apapun bentuknya. Menurutnya amalan tersebut tidak berdasar pada nash agama [Alqur’an maupun Hadis]. Kelompok ini bahkan menuduhnya, bahwa peringatan maulud sebagai perbuatan yang tergolong bid’ah, suatu perbuatan yang pada era Nabi belum pernah dilakukan pada diri Nabi. Perbuatan yang sia- sia, bahkan pelakunya masuk neraka. Mereka mendasarkan pada sebuah hadis, “Kullu bid’atin dholalah”, semua bid’ah itu sesat. Bid’ah secara etimologi berarti “baru”. Sesuatu yang belum pernah sama sekali dilakukan pada diri Nabi.

Kedua, kelompok yang tidak seliterer dengan kelompok di atas. Tidak menolak secara total. Mereka mau mengadakan peringatan maulud, hanya mengadakan seremoni belaka, berupa pengajian umum. Sebelum pengajian, biasanya diadakan berbagai lomba yang bernuansa islami. Secara khusus diperuntukkan bagi anak didik mereka.

Ketiga, kelompok tradisional. Pada masyarakat ini, selama 12 hari minggu pertama pada bulan Rabiul Awal mengadakan pembacaan sholawat pada diri Nabi. Pada umumnya mayoritas masyarakat Kendal tergolong kelompok ini. Kitab yang dijadikan sumber bacaan adalah yang ditulis oleh Abu Ja’far Al barjanji. Dan setelah selama 12 hari melantunkan sholawat, lalu diadakan pengajian umum, sebagai pamungkas acara peringatan.

Kelompok masyarakat ini pula yang secara rutin, artinya di luar bulan Rabiul Awal, terutama tiap malam Jum’at mengadakan pembacaan sholawat Nabi di Musholla maupun di Masjid. Para santri yang ada pada masyarakat tersebutpun pada malam jum’at melakukan sholawatan pula, belajar ngajinya tiap malam jum’at diliburkan. Juga pada even- even tertentu, seperti upacara pemberian nama pada bayi, mendirikan rumah dan lain sebagainya, selalu terbungkus dengan sholawatan. Dalam masyarakat tradisional, sholawatan sudah menjadi pranata sosial.

Nash Sholawatan

Masyarakat tradisional mengadakan sholawatan yang sudah terintegrasi dengan kearifan lokal [upacara pemberian nama bayi, mendirikan rumah] dan lain sebagainya, adalah merupakan salah bentuk pembumian terhadap ajaran Islam. Mereka memiliki interpretasi, bahwa amalan tersebut tergolong bid’ah hasanah [hal yang baru, kalau dilakukan dapat pahala]. Sedangkan suruhan membaca sholawat itu sendiri adalahdidasarkan pada ayat Alqur’an; “Inna Allaha wa malaikatahu yusholluna alan Nabi”. Sesungguhnya Allah dan para malaikat bersholawat pada Nabi.

Pada saat Rasulullah dan para sahabat, sepulang dari perang Badar, peperangan pertama dilakukan oleh Rasul, dan mendapat kemenangan yang luar biasa. Luar biasa karena pasukan kafir dengan pasukan kaum muslimin tidak sebanding jumlahnya. Disambut dengan gegap gempita, dan para penyambutnya dengan melantunkan sholawat pada Nabi, yang terkenal dengan sholawat badar, dengan diiringi musik “rebana”. Nabipun menerima penyambutan tersebut dengan sangat riangnya. Seandainya sholawatan, merupakan perbuatan yang tidak perlu, maka hal tersebut pada sa’at itu pula pasti Nabi melarangnya.

Hadis merupakan sumber hukum Islam yang kedua setelah Alqur’an. Posisi hadispun sangat krusial, artinya selain sebagai posisi sumber hukum yang kedua, juga bisa untuk menginterpretasi suatu ayat Alqur’an. Hadis itu sendiri, dimana substansinya ada 3, yaitu; pertama qauli, adalah sabda Nabi yang berupa ucapan. Materi hadis ini diawali dengan; qola Rasulullah. Kedua, fi’li atau perbuatan nabi, biasanya diawali dengan “kana” Rasulullah. Ketiga, taqriri [diam] nya Nabi, adapun asbabul wurud, atau latar belakang lahirnya hadis, diawali dengan perbuatan sahabat yang tergolong “asing” atau baru tersebut, tetapi tidak direspon oleh Nabi. Menurut ilmu Mustholah Hadis, perbuatan para sahabat tersebut dihukumi boleh. Karena Nabi mendiamkannya.

Rabin Mania

Masyarakat Kendal tidak asing lagi terhadap kelompok pelantun sholawat yang sudah punya nama yaitu Al Muqorrobin. Kelompok besutan Habib Ali Almunawar dan Habib Firdaus Almunawar ini, setiap bulan Rabiul Awal memiliki agenda yang bernama Safari Maulid. Selama sebulan, kelompok ini berkeliling seluruh seantero Kendal melantunkan sholawat Nabi. Kelompok ini juga memiliki pengikut yang tidak hanya kaum muda saja, yang sangat mendukung terhadap penampilan Al Muqorrobin, bernama Rabin Mania.

Sebagaimana kesebelasan sepak bola, tanpa adanya suporter, maka kesebelasan tersebut tidak akan menjadi besar. Suatu peran yang sangat vital, bahkan bisa jadi ruhnya kesebelasan. Juga dapat menumbuhkan semangat bertanding pada kesebelasan tersebut dalam menghadapi lawan setangguh apapun. Kadangpula untuk menurunkan nyali lawan.

Rabin mania merupakan pendukung utama terhadap setiap helatan Almuqorrobin. Dimanapun Almuqorrobin tampil, mereka datang dengan berkelompok maupun sendiri- sendiri, dari berbagai desa yang ada di kabupaten Kendal. Hal itu bisa dikenali dengan berbagai atribut bendera kelompok, juga identifikasi desa asal.

Biasanya setelah helatan lantunan sholawatan selesai, Habib Ali Almunawar memberikan mauidhoh kepada Rabin mania maupun pengunjung yang lain. Menurut Habib Ali, bacaan sholawat dapat menebar barokah keseluruh alam. Keberkahan, selain upaya manusia, juga tidak lepas dari rahmat Tuhan. Ini juga pernah dilakukan oleh masyarakat Indonesia, pada waktu ditempa krisis moneter pada tahun 1987. Di mana- mana masyarakat dari berbagai elemen mensenandungkan sholawat. Bahkan hampir semua Stasiun Televisi juga tidak ketinggalan melakukannya.

Lantunan sholawat juga merupakan upaya pembinaan atau pembangunan karakter anak muda untuk menuju ahlakul karimah, atau etika yang terpuji. Setelah selesai mengikuti lantunan sholawat, para Rabin mania, yang terdiri para remaja tidak lupa menyalami dengan mencium tangan sang Habib. Pembelajaran etika yang sangat efektif, hal itu terbukti, sampai sa’at ini Rabin mania belum ada yang terlibat tawuran, sebagaimana umumnya pada generasi muda.

Drs. H. Moh. Makhrus

Guru SMA NU 03 Muallimin Weleri, Kendal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun