Berada di antara dua kekuatan besar, tentu bukan perkara yang mudah bagi Indonesia. AUKUS dan China adalah dua kekuatan besar yang saling berseberangan.
Pada 15 September 2021 lalu, dibentuk pakta pertahanan AUKUS oleh tiga negara, Australia, Inggris, dan Amerika Serikat.
Tujuan dari dibentuknya AUKUS adalah untuk membantu Australia dalam mengembangkan dan memperoleh kapal selam baru bertenaga nuklir dengan teknologi dari Amerika Serikat dan Inggris.
Namun demikian, banyak pihak yang beranggapan bahwa tujuan lain dari dibentuknya pakta pertahanan AUKUS adalah untuk menandingi kekuatan dan pengaruh China di kawasan Laut China Selatan.
Seperti diketahui, militer China sangat agresif di kawasan Laut China Selatan yang merupakan bagian dari kawasan Indo-Pasifik. China juga mengklaim secara sepihak kawasan tersebut sebagai bagian dari wilayahnya berdasarkan warisan nenek moyang mereka.
Sudah dapat dipastikan, klaim sepihak China tersebut memantik amarah dan protes keras dari negara-negara yang berada di sekitar kawasan Laut China Selatan termasuk Indonesia.
Dikutip dari Kompas.com, keagresifan China di Laut China Selatan terlihat dengan dibangunnya pangkalan militer di tiga pulau sengketa, Kepulauan Paracel, Kepulauan Spratly, dan Pulau Woody.
Berkat pangkalan militer tersebut, China dapat menggeser kekuatan militernya ke Laut China Selatan dengan menempatkan puluhan pesawat tempur hingga pesawat pembom. Tentu, hal itu membahayakan aliansi Amerika Serikat dan negara-negara di sekitar LCS.
Pembangunan pangkalan militer China di LCS bertujuan untuk meningkatkan pengaruh dan kontrol China di kawasan-kawasan yang menurut mereka sebagai bagian dari wilayahnya di Laut China Selatan.
Amerika Serikat yang memiliki kepentingan di kawasan Indo-Pasifik, tidak menyukai cara China tersebut dan merasa hegemoninya terganggu karena keagresifan China di Laut China Selatan.
Dikutip dari id.usembassy.gov, kepentingan Amerika Serikat di kawasan Indo-Pasifik seperti yang disampaikan Antony Blinken, bahwa kawasan Indo-Pasifik adalah setengah dari mitra dagang utama Amerika Serikat.
Menlu AS tersebut juga mengatakan, hampir sepertiga tujuan ekspor Amerika Serikat senilai 900 miliar dolar berasal dari kawasan Indo-Pasifik. Serta penempatan militer AS di kawasan Indo-Pasifik menjadi yang terbanyak dibandingkan dengan kawasan mana pun di luar daratan AS.
Bentuk provokasi Amerika Serikat terhadap China terlihat dengan adanya pangkalan militer di Okinawa, Jepang. Kemudian ikut intervensi dalam isu Taiwan yang membuat China semakin tidak suka terhadap Amerika Serikat.
Keberadaan Taiwan menjadi sangat penting bagi Amerika Serikat. Mereka menjadikan Taiwan sebagai sekutu dalam mengepung China, serta keberadaan TSMC sebagai perusahaan penghasil mikrocip juga dinilai sangat penting.
Tidak heran, jika Amerika Serikat sangat serius dalam mempertahankan Taiwan, termasuk dengan pemberian bantuan militer jika sewaktu-waktu Taiwan diserang oleh China. Karena jika Taiwan dikuasai China, maka akan membahayakan kepentingan AS dan sekutunya yang berada di Asia Timur.
Taiwan yang dianggap China sebagai "anak kecil" yang lepas dari orang tuanya karena peristiwa perang saudara, berusaha untuk mereka satukan kembali dengan cara apa pun, baik perang ataupun diplomasi.
Hegemoni Amerika Serikat di kawasan Indo-Pasifik, terutama di Laut China Selatan yang mulai terganggu karena kehadiran China, juga dapat dijadikan sebagai faktor dibentuknya pakta pertahanan AUKUS.
Sudah lama Amerika Serikat dan sekutu menancapkan pengaruhnya terhadap negara-negara di kawasan Laut China Selatan. Kebebasan navigasi juga sering mereka lakukan di Laut China Selatan meskipun mendapat respons negatif dari China.
Hubungan yang tidak baik antara AUKUS dengan China dapat mengancam Indonesia. Posisi Indonesia yang berada di antara Australia dan Laut China Selatan, mengharuskan Indonesia untuk segera memperkuat sistem pertahanan.
Pecahnya konflik terbuka di antara AUKUS dan China berkemungkinan dapat menyeret Indonesia ke dalam konflik tersebut walaupun secara tidak langsung.
Kepemilikan kapal selam nuklir oleh Australia untuk menggantikan kapal selam diesel menjadi faktor yang membuat hubungan Amerika Serikat dan sekutu dengan China semakin memburuk.
Pecahnya perang yang melibatkan persenjataan nuklir juga akan mengancam seluruh umat manusia. Maka tidak heran, jika Indonesia juga keberatan atas terbentuknya pakta pertahanan AUKUS.
Kedua pihak yang berkonflik adalah negara-negara dengan kemampuan militer yang kuat, hal itu sangat berbeda dengan Indonesia. Maka, untuk berjaga-jaga jika pecah konflik terbuka antara AUKUS dan China, Indonesia harus segera melakukan modernisasi alutsista.
Peningkatan kualitas prajurit dan menaikkan anggaran pertahanan juga sangat perlu dilakukan. Selain itu, menggencarkan perdamaian di kawasan untuk terciptanya stabilitas politik, ekonomi, dan militer juga tidak kalah penting untuk dilakukan.
Semoga dengan adanya pakta pertahanan AUKUS, membuat Pemerintah Indonesia semakin memprioritaskan pertahanan dan kedaulatan negara untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi di masa mendatang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI