Perombakan kabinet pemerintahan berdampak kepada kebijakan-kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah. Tak luput hal tersebut dilakukan oleh kementerian Kebudayaan Fadli Zon.
Fadli Zon memandang sejarah yang diajarkan selama ini belum bisa menghadirkan titik temu yang jelas terkait peristiwa yang sebenarnya dan terfaktual.Â
Namun ditengah-tengah garapan program tersebut masyarakat menilai ada catatan sejarah yang diragukan untuk di angkat ke publik yaitu tragedi pemerkosaan tahun 1998.
Tragedi pemerkosaan 1998 terjadi akibat penggiringan opini negatif publik terhadap ras Tionghoa yang tinggal di Indonesia. Perbedaan yang mencolok terlihat dari segi ekonomi. Pada masa krisis di tahun 1998 masyarakat Tionghoa memperlihatkan kesenjangan ekonomi antara penduduk mayoritas dan minoritas. Yang mana penduduk minoritas (Tionghoa) lebih mapan secara ekonomi ketimbang mayoritas (masyarakat Indonesia).Â
Dalam catatan sejarah masyarakat Tionghoa pandai menyimpan stok kebutuhan hidup untuk jangka panjang yang dinilai sebagai bentuk inisiatif penimbunan barang pangan sehingga mengakibatkan masyarakat yang mengetahui nya marah.Â
Entah siapa dalang penggerak opini tersebut karena teknologi komunikasi yang digunakan pada tahun tersebut tidak semasif hari ini.Â
Singkat nya pada bulan mei terjadi kerusuhan yang menyasar masyarakat Tionghoa terutama perempuan. Bahkan banyak yang diperkosa di rumah, dijalan, dimana saja ditemui. Tak cukup sampai di situ bahkan Toko milik Tionghoa dirusak, dizarah dan dibakar.Â
Namun catatan sejarah yang tidak faktual rentan membawa opini yang tidak mendasar. Untuk itulah seorang pencatatan sejarah moralnya hati hati dalam hal ini.Â
Sejarah yang ditulis tanpa fakta memang sedikit terkesan dibubuhi hyperbola dan sampai saat ini sejak dibentuknya Tim Gabungan Pencari Fakta yang dibentuk Bj. Habibie tahun 1998.
Catatan sejarah yang terbatas inilah yang memunculkan prasangka bahwa sejarah tersebut berkaitan dengan agenda politik sehingga faktanya sulit diungkap dan seolah ditutupi.Â
Dasar inilah yang menjadi dasar Fadli Zon meragukan fakta sejarah tersebut.Â