Mohon tunggu...
Moh Daud Rafiqi
Moh Daud Rafiqi Mohon Tunggu... Guru - Dibaca saja, siapa tau bermanfaat

terbentur terbentur maka terbentuk

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Seni Mengubah Sebuah Perilaku

28 Maret 2019   21:20 Diperbarui: 28 Maret 2019   22:35 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam suatu hubungan antara manusia satu dengan manusia lainnya pasti ada yang menerima dan ada yang tidak menerima, dalam artian ketika manusia itu melakukan sebuah komunikasi, dari pembicaraan tersebut ada beberapa yang tidak bisa diterima karena perkataan yang kurang layak atau tidak menjaga perasaan lawan bicaranya dan kemungkinan juga gaya bicara setiap manusia yang berbeda-beda diambil perasaan oleh lawan bicaranya.

Oleh karena itu kita harus menjaga hubungan baik sesama manusia, karena kita merupakan makhluk sosial, yang dimana kita membutuhkan manusia lainnya dalam segala urusan.

Nah, kali ini saya akan membahas hubungan terapeutik dan empati dalam ranah konseling. Mengapa konselor memerlukan hubungan terapeutik? Saya akan menjelaskan tujuannya lebih dahulu :

Adapun tujuan komunikasi terapeutik yaitu:

  • Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran dan dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada apabila pasien percaya pada hal yang diperhatikan.
  • Meminimalisir kebimbangan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan emosionalnya.
  • Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya sendiri.

Dari tujuan tersebut kita dapat memahami hubungan terapeutik dapat membantu pasien meringankan permasalahan yang di hadapi. Tapi untuk melaksankan hubungan terapeutik perlu adanya sebuah seni untuk melakukannya. Seni untuk merubah sebuah perilaku, yang dimana seni dalam sikap kita, bisa merubah suasana dirinya saat ini.

Untuk melakukannya perlu ada pendekatan, yaitu pendekatan empati kepada klien.

Adapun empati memiliki tiga aspek, menurut Petterson (1980):

  • Mengkomunikasikan pemahamannya kepada klien.
  • Ada bentuk pengertian atau pemahaman konselor tentang dunia klien, dan
  • Keharusan bahwa konselor mendengarkan klien dan mengkomunikasikan persepsinya kepada klien.

Dari pernyataan itu konselor memang harus paham dengan latar permasalahan pasien. Saat konselor sudah memahami apa yang menjadi masalah. Maksudnya meresapi penjelasan dan ikut merasakan jika konselor berada pada situasi seperti klien.

Bagaimana dan apa yang harus dilakukan ketika berada di posisi klien, agar kita semakin paham mengenai keadaan klien tersebut. Dengan begitu konselor bisa memberikan sebuah pendapat yang lebih dapat diterima oleh klien.

Hubungan itu adalah ketika ada sebuah ikatan antara satu dengan yang lain. Bukan hanya  hubungan dikeluarga tapi karena adanya perkenalan antara individu dengan individu lainnya. Untuk itu hubungan diperlukan bagi konselor karena sudah merupakan bagian dari sebuah konseling, agar terjalinnya komunikasi yang baik antara konselor dan klien.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun