Mohon tunggu...
MASE
MASE Mohon Tunggu... Lainnya - Mochammad Hamid Aszhar

Pembelajar kehidupan. Pemimpin bisnis. Mendedikasikan diri membangun kesejahteraan fisik, mental dan spiritual masyarakat melalui pendidikan dan kewirausahaan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cara Berdoa yang Benar (Bagian 5 - Habis)

8 Agustus 2023   22:22 Diperbarui: 23 Maret 2024   14:23 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Umumnya (awam) orang mengartikan doa (da'a) adalah permintaan (ath-tholab). Namun bila kita mengkaji arti doa sesuai gramatika dan sintaksis bahasa (nahwu) dan morfologi bahasa (shorof) dalam bahasa Arab, istilah doa berasal dari bentukan kata bahasa Arab da'a-yad'u-du'aan, yang secara dasar artinya "menyeru". Bila kita mengkaji makna doa dalam Al Quran juga tidak lepas dari arti dasarnya yaitu "menyeru". Silahkan cek di QS 7 : 193-194, QS 71 : 5-8, QS 28 : 64. Berdasarkan Al Quran makna doa lebih menunjukkan interjeksi, perasaan yang kuat, penegasan pikiran, kesungguhan, suara dan upaya membangkitkan kesadaran, pikiran, emosi serta perintah untuk action.  Ayat ud'uni astajib lakum "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu" (QS 40:60) yang sering dijadikan dasar makna doa adalah permintaan (ath-tholab) justru makna sebenarnya bukan permintaan (ath-tholab). Kata astajib yang digandengkan dengan ud'uni dalam ayat tersebut bermakna tahawwul atau shairrah (menjadi), ishbah (membenarkan), i'tiqd (meyakini) dan muthwa'ah (otomatis terwujud) lebih menunjukkan makna interjeksi, perasaan yang kuat, penegasan pikiran, kesungguhan dan upaya membangkitkan kesadaran, pikiran, emosi serta perintah untuk action. Sehingga doa lebih tepat diartikan "menyeru" (da'a) bukan permintaan (ath-tholab).

Doa lebih tepat diartikan "menyeru" (da'a) bukan permintaan (ath-tholab) juga sesuai fitrahnya doa itu adalah bentuk pengabdian atau perbuatan baik (ibadah). Silahkan cek QS 7 : 193-194. Kita manusia adalah percikan Ketuhanan. Pengabdian (ibadah) termasuk doa didalamnya sebenarnya membangkitkan sifat-sifat Ketuhanan dalam diri kita. Sifat utama Ketuhanan adalah al-Rahman (Maha Pengasih/Maha Berkelimpahan/The Beneficent) dan al-Rahiim (Maha Penyayang/Maha Cinta/the Merciful) (QS 1 : 1).  Sifat utama manusia juga sama dengan sifat utama Ketuhanan yang penuh keberlimpahan dan penuh cinta. Fitrahnya manusia adalah makhluk keberlimpahan dan makhluk cinta. Akar hampir semua penderitaan hidup manusia karena tidak ada keberlimpahan dan cinta. Sebaliknya akar hampir semua kebahagiaan hidup manusia karena ada keberlimpahan dan cinta. Namun realitasnya banyak dari kita manusia tertidur (ter-hijab) dari keberlimpahan dan cinta. Contoh kemiskinan hanyalah tidur dari perasaan keberlimpahan sebagai fitrah manusia. Kebencian hanyalah tidur dari perasaan cinta sebagai fitrah manusia. Dengan berdoa kita sedang membangkitkan potensi keberlimpahan dan cinta kita sehingga apa yang tertidur di kedalaman kesadaran dibangunkan dan diberi bentuk untuk terwujud. Doa adalah "seruan", interjeksi, perasaan yang kuat, penegasan pikiran, kesungguhan, suara, upaya membangkitkan kesadaran, pikiran, emosi dan perintah untuk action agar potensi kita terbangun dari tidurnya.  

Jika suatu benda atau organ diurutkan dari ukuran yang besar ke ukuran yang makin kecil dimulai dari suatu benda atau organ, molekul, atom, quark maka kita sampai pemahaman bahwa quark sebenarnya adalah energi yang bervibrasi dengan frekuensi tertentu. Bila kita berniat merubah vibrasi dan frekuensi energi tersebut kita harus merubah medan gayanya. Medan gaya ini sangat dipengaruhi empat gaya fundamental yang menggerakkannya yaitu gaya elektromagnet, gaya gravitasi, gaya nuklir kuat dan gaya nuklir lemah. Ada yang disebut "stark effect" dan "zeeman effect" yang menunjukkan perubahan perilaku vibrasi dan frekuensi energi akibat gaya fundamental tersebut. Doa merupakan interjeksi, perasaan yang kuat, penegasan pikiran, kesungguhan, suara, upaya membangkitkan kesadaran, pikiran, emosi dan perintah untuk action atas gaya fundamental sehingga perilaku energi dalam diri kita bisa berubah dan secara otomatis termanifestasi sesuai dengan self image yang diasumsikan dan belief system yang diyakini.  

Diri manusia sebenarnya memancarkan gaya elektromagnet, gaya gravitasi, gaya nuklir kuat dan gaya nuklir lemah. Rollin McCraty, PhD, Director of Research of the Institute of HeartMath bersama peneliti lainya menyampaikan bahwa otak (brain) dan jantung (heart) memancarkan gelombang listrik dan gelombang elektromagneik. Kekuatan gelombang listrik jantung sekitar 60 kali lebih besar amplitudonya dibandingkan komponen gelombang listrik otak dan menembus setiap sel dalam tubuh hingga ke medan kuantum alam semesta. Sedangkan kekuatan gelombong elektromagnetik jantung (heart) sekitar 5000 kali lebih kuat dari gelombang elektromagneik otak (brain) dan dapat dideteksi beberapa meter jauhnya dari tubuh dengan sensitif magnetometer. Antara otak (brain) dan jantung (heart) ada yang disebut brain heart axis atau poros otak jantung yang bekerja baik secara hormonal maupun radiatif. Gelombang elektromagnetik dan gelombang listrik jantung (heart) bersifat meng-amplifier gelombang elektromagenetik dan gelombang listrik otak (brain). 

Ide, pikiran, visi, keinginan meraih nikmat, ketakutan menghindari sengsara dan kesadaran sejatinya adalah ilham yang diberikan alam semesta di otak (brain) kita agar kita semakin benar, baik dan bahagia menjalani hidup ini. Indikator bahwa itu ilham Ketuhanan, bukan dorongan ego dan hawa nafsu adalah dengan adanya ilham tersebut membuat hati kita tenang. Serta hubungan kita kepada diri sendiri, manusia dan alam semesta semakin benar, baik dan bahagia. Kemudian ilham tersebut ditransmisikan baik secara hormonal maupun radiatif ke alam bawa sadar di jantung (heart) melalui perasaan dan ter-amplify 60 kali lebih besar gelombang listriknya serta ter-amplify 5000 kali lebih besar gelombang elektromagnetnya menembus setiap sel dalam tubuh, alam bawah sadar hingga ke medan kuantum alam semesta. Karena itu sejatinya perasaan adalah doa.

Doa juga lebih tepat diartikan "menyeru" (da'a) bukan permintaan (ath-tholab) karena sesuai dengan ayat Al Quran "Berdoalah kepada Tuhanmu dengan merendahkan hati dan suara yang lembut" (QS 7: 55). Merendahkan hati/heart (tadarru'an) adalah menggunakan perasaan untuk menyelaraskan vibrasi, frekuensi dan energi kita sampai ke medan titik nol (zero point field) atau kesadaran murni. Ketika kita me-nol-kan diri kita (fana) maka spiritual kita bangkit dan sifat-sifat Ketuhanan mewujud dalam diri kita. Gelombang elektromagnet dan gelombang listrik kita terkoneksi dengan Matriks Ketuhanan, merubah perilaku energi kita dan alam semesta. Di sini kita sedang mendayagunakan kekuatan terbesar diri kita. Itulah mengapa dalam ayat Al Quran QS 7 : 55 menjelaskan bahwa dalam berdoa disamping menyebut merendahkan hati/heart (tadarru'an) juga menyebut "suara yang lembut" (khufyah) bukan kata (kalimah) ? Karena suara yang lembut adalah realitas eksistensial yang menyentuh perasaan dan menjadi martir penggerak proses penciptaan, sedangkan kata hanya akan masuk dalam struktur psikologis manusia yang seringkali kering tidak ada rasa. Sejatinya semua kata-kata yang digunakan dalam berdoa adalah membantu membangkitkan rasa. Berapa banyak kita jumpai orang berdoa hanya sekedar kumpulan kata (kalimah) seperti daftar struk belanja yang kering tidak menyentuh rasa? Apalagi diucapkan dengan menuntut dan tergesa-gesa seperti mengejar setoran. Doa dengan kata-kata yang menuntut dan tergesa-gesa seperti itu sejatinya hanya mengejek Tuhan. Cara berdoa yang benar tidak seperti itu. "Suara yang lembut" (khufyah) itu seperti gema/getaran yang ada di hati/heart kita. "Suara yang lembut" (khufyah) itu adalah perasaan. "Suara yang lembut" (khufyah) itu sejatinya adalah vibrasi, frekuensi dan energi yang merupakan bahasa Medan Ilahiah (Devine Matrix) dan menjadi kunci semua manifestasi di alam semesta.

Referensi :
Ibn Katsir, Ismail  (774 H) "Tafsir Alquran al-Adziim", Dar Alamiah (QS 7 : 193-194, QS 71 : 5-8, QS 28 : 64, QS 40 : 60, QS 7: 55)

Blavatsky, Helena Petrovna, "The Secret Doctrine: Volume I ~ Cosmogenesis", Theosophy Trust Books (September 23, 2015) 

Blavatsky, Helena Petrovna, "The Secret Doctrine: Volume I ~Anthropogenesis", Theosophy Trust Books (November 4, 2015)

McCraty, Rollin, et al, "The Coherent Heart: Heart-Brain Interactions, Pyschophysiological Coherence, and the Emergence of System-Wide Order," Integral Review, 5, no. 2, (December 2009): 10--115

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun