Pencampuran Sempurna: Minyak yang sudah bersih dicampur dengan parafin padat yang telah dilelehkan. Mahasiswa menjelaskan perbandingan bahan yang tepat untuk menghasilkan lilin dengan tekstur yang kokoh, tidak mudah meleleh, dan memiliki waktu bakar yang lebih lama.
Sentuhan Estetika dan Aroma: Tetesan minyak esensial seperti lavender, serai, atau vanila ditambahkan untuk menciptakan aroma yang menenangkan. Tidak hanya itu, pewarna khusus lilin juga dicampurkan untuk memberikan sentuhan visual yang menarik dan menciptakan produk yang bernilai jual tinggi.
Pencetakan Berkelas: Cairan lilin dituangkan ke dalam berbagai cetakan unik, mulai dari gelas kecil, cangkir bekas, hingga cetakan bunga. Setelah mengeras, lilin-lilin ini siap dipasarkan.
Seluruh proses ini didampingi langsung oleh mahasiswa, memastikan setiap peserta dapat melakukannya dengan benar dan mendapatkan hasil yang maksimal.
Peluang Usaha: Mengubah Keterampilan Menjadi Cuan
Kegiatan demo tidak berhenti di pembuatan lilin saja. Tim KKN juga memberikan panduan tentang pengemasan produk yang menarik dengan label yang telah dirancang bersama, serta strategi pemasaran digital sederhana melalui media sosial dan grup komunitas. Mereka mendorong ibu-ibu untuk menjadikan lilin aroma terapi ini sebagai sumber penghasilan tambahan yang menjanjikan. Dengan modal yang sangat minim dan bahan baku yang melimpah, peluang ini sangat realistis.
Melalui program ini, KKN PCR Kelompok 38 telah memberikan edukasi berharga kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan limbah. Mereka telah membuktikan bahwa dengan sedikit kreativitas dan kolaborasi, limbah yang selama ini dianggap tidak berguna bisa disulap menjadi produk yang tidak hanya bermanfaat, tetapi juga bernilai ekonomi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI