Tiap karangan jarang yang langsung rampung. Pasti perlu perbaikan dalam bentuk penambahan mau pun pengurangan di sana-sini. Dan itu biasanya butuh berlembar-lembar kertas yang nasibnya harus dirobek-robek lalu masuk tempat sampah.
Setelah karangan rampung pun, kita masih harus membuat surat permohonan kepada redaksi agar berkenan memuat tulisan kita. Lalu untuk mengirimkannya, tentu saja pada luar amplop (biasanya di bagian pojok kanan atas) harus ditempel perangko yang nominalnya sesuai dengan ketentuan Kantor Pos.Â
Dan yang terakhir, menyerahkannya ke Kantor Pos. Juga bisa dengan cara memasukkannya melalui celah-celah bis surat yang banyak berdiri di pinggir jalan besar. Menguras tenaga dan fikiran kan?
Lha...sekarang  di jaman enak internet yang sensasi kebebasannya sungguh merdeka jaya raya, kenapa masih berhibernasi? Bukankah kini menjadi seorang penulis betapa jauh lebih mudah, bikin saya iri kalau ingat jaman dulu? Bisa dikatakan hanya butuh satu sentuhan saja untuk memublikasikan ("menerbitkan") suatu tulisan, baik di blog, media sosial dan aplikasi-aplikasi lainnya.Â
Tidak perlu lagi ada surat permohonan ke redaksi  minta dimuat, dan sama sekali tidak perlu menunggu lama-lama. Hanya dalam hitungan detik kita langsung melihat tulisan dan nama kita dimuat. Lihat Kompasiana! Luar biasa serta alhamdulillah karena kita termasuk umat yang beruntung nenikmati era internet.
Lalu kenapa sekarang tidak menulis lebih produktif?