Mohon tunggu...
Mohammad Akib
Mohammad Akib Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Belajar menjadi manusia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kita Bangkit Dalam Literasi

6 November 2022   21:20 Diperbarui: 21 Desember 2022   19:24 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustasi membaca buku. Sumber: Unsplash

Kita harus bangga dan mendukung setiap upaya yang dilakukan siapapun untuk membumikan literasi.

Kita acap kali mendengar kata literasi, mulai di sekolah, kampus, media sosial, atau di tempat-tempat yang lain. Namun, apa sih literasi itu? Jadi, Literasi merupakan kemampuan dalam mengakses, memahami, dan mengolah informasi melalui berbagai aktivitas, antara lain seperti membaca, menulis, melihat, mendengarkan dan berbicara. 

Banyak berita yang mengabarkan jika tingkat literasi Indonesia rendah. Dibuktikan dengan adanya data yang ditulis pada kanal resmi Kominfo. Menurut UNESCO Indonesia masuk dalam urutan kedua dari bawah yakni peringkat 60 dari 61 negara. Namun, riset ini dilakukan pada maret 2016 lalu.  

Survei berikutnya yakni pada tahun 2019, dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA)  yang dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), menyatakan bahwa Indonesia masuk dalam urutan 62 dari 70 negara. Bisa dibilang 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. 

Dengan adanya data bahwa tingkat literasi kita rendah, bukan berarti kita bisa seenaknya menilai rendah negara kita dengan begitu saja. Karena bisa jadi, ada beberapa sebab yang mungkin menjadi alasan mengapa tingkat literasi bisa rendah. Jika negara cakupanya terlampau luas, maka kita soroti skala yang paling kecil yakni diri kita sendiri dengan mengambil sampel kegiatan literasi yang mudah ditemui dan dilakukan yakni membaca buku. Nah, kegiatan ini saja terkadang kita malas untuk melakukannya. Tentu ada sebabnya, diantaranya yang dapat saya uraikan: 

1. Dilema dalam membeli buku

Menjadi suatu dilema tersendiri bagi siapapun yang ingin memulai membaca buku. Bahkan, bagi mereka yang terbiasa membaca buku pun masih sering menemui dilema ini. Mereka di hadapkan oleh dua pilihan. Membeli buku ori dengan jaminan kualitas buku serta tulisan baik namun cukup merogoh kocek atau membeli buku bajakan yang murah namun kualitas buku serta tulisan rendah.

Kita tau bahwa buku ori memiliki kualitas tulisan yang bagus dan rapi. Tentunya dapat meningkatkan motivasi dan memberikan kesan yang nyaman ketika membaca buku. Berbeda dengan buku bajakan yang membuat mata kita tidak nyaman dan cepat capek karena tulisannya yang buram, tidak jelas dan lembar kertas yang mudah lepas. Dilema seperti ini yang kadang membuat orang males untuk membaca.

2. Lingkungan yang kurang mendukung

Membawa dan membaca buku bacaan diluar rasannya menjadi suatu hal yang cukup menjadi pertimbangan. Kata-kata "Wah, pinter","Rajin amat sih", dll. Stereotip seperti ini cukup menimbulkan rasa yang tidak nyaman bagi sebagian orang dan membuat orang yang ingin membawa dan membaca buku di luar merasa malu dan canggung.

Dilain sisi, tidak ditanamkannya kebiasaan membaca sejak dini oleh orang tua juga cukup mempengaruhi minat anak dalam membaca buku di kemudian hari. Seperti yang kita tau, orang tua lebih sering memberikan gadged kepada anaknya daripada memberi buku. 

3. Banyaknya distraksi

Gadged sepertinya sudah seperti menjadi musuh utama dalam membaca buku. Sekali memegang gadged belum tentu langsung meletakannya kembali. Mulai dari membalas chat, membuka medsos, atau bahkan bermain game. Pada akhirnya niat membaca buku hilang begitu saja. Ajakan healing, ngopi, dan kegiatan yang lain turut membuat distraksi ketika membaca buku menjadi lebih besar.

4. Tidak ada pengajaran tentang membaca yang baik dan benar

Banyak sekali pengajar dan guru yang menyuruh kepada muridnya untuk membaca. Namun, guru tidak memberi pengajaran secara langsung bagaimana membaca yang baik dan benar yang sekirannya bisa menumbuhkan motivasi serta semangat membaca pada setiap anak. Alih-alih para anak membaca, yang terjadi hanyalah anak membolak balikan kertas buku. Motivasi dan pemberian contoh secara langsung sangat penting dalam menunjang minat membaca.

Hal hal yang sering kita temui seperti ini merupakan bagian kecil dari alasan yang dapat membuat kita sendiri males untuk sekedar membaca buku. Kebanyakan orang lebih memilih membaca di dalam kamar atau tempat yang betul betul aman dan nyaman dari gangguan.

Kita setidaknya harus bersyukur apabila melihat perkembangan literasi di era digital seperti sekarang. Komunitas literasi mulai merebak dan meramaikan jagad media sosial. Contohnya dengan hadirnya para bookstagram. Mungkin bagi yang masih asing, bookstagram merupakan akun Instagram yang biasanya didedikasikan untuk mengupload, membahas, mereview, dan berbagi pengalaman seputar dunia perbukuan. 

Foto-foto yang mereka hadirkan juga sangat estetik dan dapat menarik minat kita semua untuk sekedar mampir dan melihatnya. Bukan hanya melihat keestetikkan foto fotonya saja. Namun, caption mereka tentang buku juga dapat membuat penasaran para pengunjung di Instagram. 

Bazar dan lapak buku pun sering dilakukan di berbagai kota. Para aktivis literasi juga membangun kelompok atau taman baca di lingkungannya sendiri khususnya di pedesaan yang banyak anak anak kecilnya. Mereka berupaya membuat kegiatan yang bernuansa literasi untuk menumbuhkan benih benih minat baca pada anak anak.  

Di kampus sendiri juga gencar diadakan lapak baca yang diinisiasi oleh para mahasiswa yang sadar akan pentingnya membaca dan berliterasi.   

Ini adalah bukti bahwa sebenarnya orang Indonesia sadar akan pentingnya literasi dan selalu berusaha mengajak sekitarnya untuk berliterasi. Ini juga menjadi kabar gembira bagi kita semua karena kita telah bangkit dalam literasi.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun