Malam itu, perut Joni bergejolak dibakar seblak seuhah Mang Aah dan Cilok pedas Mang Abas. Â Joni tak sanggup menahan kotoran yang terus mendobrak gerbang pantatnya. "Sial, urusan begini susah dikompromi." Cetusnya dengan wajah gelisah. Tanpa berpikir seribu tahun, Joni bergegas menuju kamar mandi dan menendang pintunya hingga memuntahkan suara "jebrud".
Tangannya gesit melepas celana dalam dan luarnya, lalu menanggalkannya di paku tembok. Joni duduk di atas kloset. Baginya, kloset itu tampak menawan untuk situasi seperti ini. Saat memulai ritual, angan Joni mengembara ke Eropa, melintasi ruas-ruas Zaman. Mulai dari Yunani Kuno sampai Kotemporer.Â
Joni ingat Plato pernah memberitahunya soal Konsep Idealisme. Hakikat kenyataan yang ditemui tak lain adalah bayangan, tiruan dari Dunia Ide. Sebelum lahir ke dunia, jiwa manusia pernah bersemayam di dunia bernama "arketype". Di alam itu, manusia mengetahui segala hal mulai partikular hingga universal. Namun, karena kesalahan manusia (entah kesalahan apa), manusia terlempar dari arketype menuju dunia yang kini ditempatinya.
Sekonyong-konyong suara genteng bergeser mengoyak kekhusyukan Joni. Itu cukup membuat jantungnya kaget. Denting alarm membangunkan Joni untuk Salat Subuh. Joni terbangun dari mimpinya yang serius. Tapi, sesuatu di dalam celananya tetaplah nyata. Joni mendengus kesal dan beranjak menuju kamar mandi.