Mohon tunggu...
Mohamad Endy Yulianto
Mohamad Endy Yulianto Mohon Tunggu... Dosen

TRKI Vokasi Undip

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menjemput Cahaya Masa Depan: Revolusi Energi Hijau Lewat Non-Fullerene Solar Cells

14 Oktober 2025   20:31 Diperbarui: 14 Oktober 2025   20:26 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dr. Mohamad Endy Julianto bersama Elsan Febiyanti, S.Tr, MT

Di balik teriknya matahari, ada secercah harapan baru untuk masa depan energi dunia---bukan lagi dari bahan bakar fosil, tapi dari teknologi yang lahir dari inovasi molekul dan semangat ilmuwan muda.

Adalah Elsan Febiyanti, S.Tr, MT, lulusan dari Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI) Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro, yang menelusuri dunia Non-Fullerene Acceptor (NFA) --- material cerdas yang sedang mengguncang jagat Polymer Solar Cells (PSCs).

Selama bertahun-tahun, dunia mengandalkan Fullerene, bola molekul karbon yang menjadi "jantung" sel surya organik. Namun, sebagaimana matahari tak pernah berhenti bersinar, sains pun tak pernah berhenti berevolusi. Fullerene kini mulai tergeser oleh Non-Fullerene Acceptors---bahan baru yang menawarkan efisiensi tinggi, kestabilan luar biasa, serta fleksibilitas kimia yang memungkinkan desain sel surya yang lebih adaptif, ringan, dan transparan, ungkap Dr. Mohamad Endy Julianto Dosen Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI) Vokasi UNDIP.

Dalam ulasannya yang mendalam, Endy menyoroti tiga bintang utama di dunia NFA:
Rylene Diimide-Based NFAs, yang tahan panas dan punya stabilitas optik tinggi.
A--D--A (Acceptor--Donor--Acceptor) Structures, dengan kemampuan menyerap cahaya lebih luas dan efisiensi konversi daya yang menakjubkan.
DPP-Based NFAs, dengan kestabilan termal dan kemampuan membentuk struktur teratur untuk peningkatan mobilitas muatan listrik.

Dari hasil penelitian global, efisiensi sel surya berbasis NFA kini telah menembus angka 15%, membuka pintu bagi panel surya fleksibel dan transparan yang kelak bisa menempel di kaca jendela, tas, atau bahkan pakaian kita, jelas Endy.

Sementara itu, Elsan menambahkan bahwa di tengah tantangan krisis energi dan perubahan iklim, karya ilmiah ini bukan sekadar riset---tapi doa yang dirangkai dengan eksperimen, harapan yang diwujudkan lewat molekul, dan langkah kecil menuju dunia yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Cahaya masa depan tak lagi sekadar terbit di ufuk timur---ia kini lahir di laboratorium, lewat tangan-tangan muda yang menulis ulang arti energy, pungkas Elsan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun