Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Memancing: Aktivitas Purba, Interaksi dengan Alam, dan Slow Living

19 Februari 2025   09:51 Diperbarui: 19 Februari 2025   13:17 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memancing di sebuah saluran kecil (Sumber Dokumen pribadi)

Sore itu saya akhirnya memenuhi janji kepada si Bungsu untuk memancing, Kholqi. Janji yang berhari-hari baru bisa saya tepati karena faktor cuaca yang tidak mendukung dan sedikit kesibukan yang menghalau waktu luang.

Saya mengambil joran, sebuah alat pancing yang diperolah dari pamannya beberapa minggu yang lalu. Joran itu mungkin memang dirancang untuk anak-anak. Ukurannya kecil dengan panjang tangkai sekitar 1,5 meter, dilengkapi dengan roll penggulung nilon untuk mengikat mata pancing.

Saya memeriksa pancing untuk memastikan semua elemennya terpasang dan berfungsi dengan baik atau tidak. Sehari sebelumnya, saya memperbaiki ikatan mata joran, melengkapinya dengan pelampung dan timah sebesar biji kacang ijo sebagai pemberat sebagai pelengkap joran pada umumnya. Kholqi bergegas menunju salah satu sisi halaman rumah untuk mengambil ember bekas cat 5 kg untuk menampung ikan hasil tangkapan.

Sebagai umpan saya mengajak Kholqi mencari cacing di kebun milik salah seorang warga. Entah mengapa saya begitu bersemangat sore itu. Kami berjalan beriringan. Kholqi, dengan kaki gontai, berusaha mengimbangi langkah saya dengan langkah pendeknya. 

Memasuki area kebun yang cukup rindang puluhan nyamuk menyambut kehadiran saya. Suaranya berdenging bagai mengitari telinga saya. Binatang pengisap darah itu berulah menggigit tangan, muka, dan bagian tubuh yang tidak dibalut pakaian. Saya menepuk dan menghalau makhluk kecil itu.

"Banyak nyamuk, Pak," gerutu Kholqi di belakang sambil melakukan hal yang sama, mengusir nyamuk. 

Saya diam mendengar laporannya. Dia pun menepuk-nepuk nyamuk yang menempel di pipi dan tangannya. 

Saya mengamati tanah dalam kebun untuk memastikan tanda-tanda kehidupan cacing Umumnya binatang lunak itu hidup di tanah yang lembab. Keberadaannya cukup mudah dikenali, dapat dilihat dengan perilaku mereka yang membuang kotoran ke permukaan tanah. Kotoran itu membentuk gundukan atau timbunan kecil seperti tanah berwarna hitam dan lembab.

Saya mengambil sebatang ranting kayu yang cukup keras. Dengan ujung ranting saya menggali secara perlahan. Ada kesulitan saat menggali. Ujung ranting tidak dapat menancap lebih dalam karena tertumbuk akar kecil pepohonan yang menjalar dalam tanah. Di sekitar itu saya hanya mendapatkan seekor cacing.

Saya mengajak Kholqi pindah ke area yang berbeda dalam kebun di mana pepohonan tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa pohon pisang. Masih dengan sebatang ranting saya menggali tanah dimana terdapat tanda-tanda kehidupan cacing di dalamnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun