Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Supervisi Pelaksanaan Pembelajaran (Catatan 2)

7 November 2023   20:45 Diperbarui: 10 November 2023   11:00 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pembelajaran (Sumber dokumen pribadi)

Artikel ini merupakan bagian ke 2 dari catatan supervisi pembelajaran sebelumnya. Kali ini sasarannya guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, di SD tempat saya bertugas. 

Sesuai jadwal yang telah disepakati, supervisi pelaksanaan pembelajaran dilakukan di kelas 1. Pengamatan secara langsung atau observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran merupakan metode yang paling sering digunakan dalam supervisi.

Bel berdentang tanda masuk kelas. Anak-anak berbaris sesuai dengan kelasnya dipimpin oleh ketua kelas masing-masing. 

Saya berdiri di depan pintu ruang kelas 1 sembari melihat anak-anak berbaris. Sama dengan siswa lainnya, bocah-bocah kelas 1 terlihat berbaris dan masuk dengan tertib ke dalam kelas dipimpin oleh salah seorang siswa. 

Hal yang berbeda saat mereka berbaris, tampak pemimpin memeriksa jemari teman-temannya. Setiap siswa yang akan masuk kelas menyodorkan tangannya kepada pemimpin. 


Beberapa siswa terlihat mendapatkan tepukan ringan pada punggung tangan. Rupanya penerima tepukan tangan itu berkuku kotor.

Beberapa saat setelah halaman sekolah lengang, bersama guru Agama Islam saya masuk kelas. Saya mengambil tempat duduk di antara siswa, berbaur bersama anak-anak yang masih sulit diatur. 

Perilaku anak-anak itu tentu wajar karena pada fase ini mereka memiliki perhatian yang labil. Satu-satunya senjata yang diperlukan guru kelas 1 adalah sikap sabar.

Guru mengawali kegiatan dengan mengajak siswa berdoa. Untuk melengkapi kegiatan awal, guru berbasa-basi dengan memeriksa kehadiran siswa. 

Selanjutnya guru menyampaikan informasi tentang topik pembelajaran kepada siswa, yaitu, "membiasakan diri membaca basmalah".

Kegiatan inti dimulai dengan membaca basmalah secara bersama-sama. Tidak lupa, guru meminta sejumlah beberapa siswa membaca basmalah secara individu. 

Secara keseluruhan siswa merespon permintaan guru dan membaca basmalah dengan lancar. Bacaan ini memang menjadi salah satu bacaan yang diperkenalkan umat Islam sejak dini karena menjadi doa setiap mengawali perbuatan baik.

Selama pembelajaran guru cukup intens melakukan tanya jawab dengan siswa. Metode ini merupakan salah satu upaya guru mendorong tingkat keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Selanjutnya guru memberikan tugas kepada siswa mewarnai tulisan kaligrafi bacaan basmalah pada lembar kerja yang telah disiapkan. Sebelum mulai mewarnai, guru memberikan petunjuk cara mengerjakan tugas. 

Siswa diberikan kebebasan untuk menggunakan warna yang disukainya. Gambar kaligrafi bacaan basmalah tersebut sekaligus menjadi media pembelajaran.

Banyak teori menyebutkan bahwa mewarnai merupakan salah satu cara mengenalkan warna yang berbeda, terutama di kelas awal. 

Mewarnai gambar juga dipercaya dapat membantu perkembangan psikologis siswa dan mengasah perkembangan motorik halus. Manfaat lainnya, meningkatkan fokus serta melatih keterampilan siswa agar tulisan tangan lebih bagus.

Secara keseluruhan proses pembelajaran telah diupayakan menggunakan metode dan strategi yang beragam, mulai dari tanya jawab, melafalkan bacaan basmalah, dan pemberian tugas. Guru telah berupaya menggunakan metode dan memilih materi yang sesuai dengan fase perkembangan peserta didik.

Dalam proses pembelajaran guru cenderung memilih diferensiasi proses. Ini ditandai dengan upaya penggunaan alat atau media yang sesuai dengan kebutuhan dan fase perkembangan peserta didik.

Namun demikian proses pembelajaran tidak selalu mencapai tujuan yang maksimal. Apalagi untuk siswa kelas 1 yang memerlukan proses belajar dengan bimbingan yang intens.

Berikut ini beberapa catatan yang perlu diperbaiki serta solusi untuk perbaikan pembelajaran. 

Tidak ada apersepsi di awal pembelajaran

Berdasarkan hasil observasi, guru tidak melakukan apersepsi saat memulai kegiatan. Padahal ini bagian penting dari proses pembelajaran. Bagian ini rupanya terlupakan karena terlalu fokus pada penampilan mengajar yang harus ditunjukkan. 

Apersepsi berfungsi untuk memberikan rangsangan awal kepada siswa sebagai pintu masuk ke dalam topik yang akan dipelajari. Appersepsi dapat diandaikan sebagai upaya guru menggiring pemahaman dasar siswa menuju esensi materi pembelajaran. 

Dalam pernyataan yang berbeda appersepsi adalah upaya guru membawa dunia siswa ke dunia baru atau upaya mengaitkan apa yang diketahui dengan apa yang akan dipelajari.

Apersepsi diperlukan untuk membuat kenyamanan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar. Dikutip dari Jurnal Dedikasi Nusantara, apersepsi dipandang sebagai sebuah langkah penting untuk memberikan rasa nyaman kepada anak-anak. Hal ini karena kebanyakan siswa memiliki citra negatif tentang kegiatan belajar.

Dengan argumen mengedepankan rasa nyaman, apersepsi menjadi pertimbangan yang patut diperhitungkan agar siswa dapat berkonsentrasi secara maksimal dalam belajar. 

Dengan apersepsi diharapkan mereka tidak gagap dengan materi baru yang akan dipelajari. Oleh karena itu, apersepsi menjadi pilihan yang dianggap tepat untuk membangun rasa nyaman. 

Jika dilihat dari materi atau topik yang dipelajari, akan lebih tepat jika guru memulai apersepsi dengan mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang berhubungan dengan dunia anak-anak sehari-hari.

Guru dapat masuk ke materi pelajaran dengan mengajukan pertanyaan tentang apa yang dibaca sebelum mulai belajar pagi itu dan mengajak siswa membaca secara individu atau bersama-sama.

Pertanyaan berikut juga dapat digunakan sebagai kegiatan apersepsi.

"Anak-anak sudah sarapan hari ini?"
"Apa sarapanmu?"
"Kalau mau makan tangan harus bagaimana? Bersih atau kotor?"
"Agar makanan menjadi berkah, apa yang dibaca sebelum makan?"
"Mengapa kita harus membacanya?"

Pertanyaan dapat dikembangkan ke arah yang lebih luas dan mendalam. Misalnya, 

"Kapan saja basmalah harus dibaca?"
"Apakah setiap melakukan sesuatu harus membaca basmalah? Mengapa?"

Guru dapat mengembangkan pertanyaan lebih luas tentang aktivitas sehari-hari yang harus didahului dengan bacaan basmalah.

Penggunaan media kurang menantang

Salah satu penyebab kurang fokusnya siswa dalam pembelajaran adalah penggunaan media pembelajaran yang kurang menantang. Kondisi ini membuat siswa cenderung pasif. Padahal pemilihan media pembelajaran yang tepat akan menumbuhkan minat dan fokus belajar siswa. 

Semua pendidik tentu sepakat, bahwa anak-anak usia kelas 1 masih berada pada tahap yang sulit dikendalikan. Mereka masih labil sehingga memerlukan alat bantu yang dapat menarik perhatian mereka lebih mengerucut ke arah materi pelajaran.

Dengan materi bacaan basmalah, guru sebenarnya dapat memilih alternatif alat atau media pembelajaran yang menarik agar dapat memaksimalkan fokus siswa dalam belajar. Guru dapat menggunakan media alternatif berupa gambar tentang sejumlah tindakan atau kegiatan sehari-hari.

Gambar yang disajikan dapat mencerminkan perilaku baik dan perilaku buruk. Perilaku baik, misalnya, memasak, makan, tidur, belajar, dan berbagai tindakan baik lainnya. 

Sedangkan perilaku buruk, misalnya, berkelahi, menyontek, merusak lingkungan, mencoret tembok, atau membuang sampah sembarangan. 

Dari kedua jenis tindakan tersebut, siswa ditugaskan untuk mengelompokkan tindakan yang pantas dimulai dengan bacaan basmalah dan tindakan yang tidak pantas diawali dengan bacaan yang sama.

Dengan mengamati gambar, guru dapat menugaskan siswa untuk mengelompokkan gambar ke dalam perilaku baik dan perilaku buruk. Ini akan menjadi lebih menantang karena melibatkan proses berfikir.

Pembelajaran akan lebih bermakna jika lembar kerja dirancang dengan melibatkan tantangan untuk berfikir. Tantangan tersebut tentunya harus disesuaikan dengan fase perkembangan siswa.   

Jika ingin melibatkan keterampilan mewarnai, guru dapat memberikan tugas mewarnai dua jenis  gambar tersebut dengan warna yang berbeda. Misalnya, mewarnai kegiatan terpuji dengan warna tertentu. 

Sedangkan tindakan buruk dengan warna lainnya. Guru dapat membuat kreasi lain yang dapat menantang siswa berpikir kritis sesuai dengan tahapan atau fase perkembangannya.

Banyak metode, media, dan sumber belajar yang dapat digunakan guru untuk mendukung pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan. Tentu saja diperlukan upaya pendidik untuk terus belajar cara membelajarkan murid sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Lombok Timur, 07 November 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun